• (GFD-2020-3545) [SALAH] Gadis Ular Gemparkan Thailand

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 20/01/2020

    Berita

    Beredar postingan yang menyebutkan mengenai gadis berusia 8 tahun dengan tubuh separuh ular. Disebutkan dalam narasinya gadis tersebut tinggal di Bangkok, Thailand. Berikut kutipan narasinya:

    Gadis berusia 8 tahun, Mai Li Fay, dari Bangkok, adalah jauh dari kehidupan yang biasa seorang gadis sebayanya

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa informasi tersebut tidak benar. Sebab, diketahui bahwa kabar semacam itu sudah pernah beredar pada tahun 2014. Adapun, kabar tersebut sudah ditelusuri faktanya oleh Bangkok Post dan Hoax Slayer (hoax-slayer.net).

    Menurut Bangkok Post, kejanggalan klaim narasi yang beredar ialah pada nama si gadis. Sebab, di Thailand nama Mai Li Fay tidaklah lumrah. Selain itu, pada narasi yang beredar kala itu disebutkan nama dokternya yang juga janggal, yakni Dr. Ping Lao.

    Menurut artikel yang berjudul “Not the News: Stories that turned out to be hoaxes” di Bangkok Post, nama-nama di Thailand lumrahnya panjang-panjang, seperti Sumati Sivasiamphai, Pimchanok Phungbun Na Ayudhya atau Pornchai Sereemongkonpol.

    Lalu, laman Hoax Slayer juga menyatakan hal serupa. Adapun, melalui narasi yang ditangkap oleh Hoax Slayer, ada nama penyakitnya, yakni “Serpentosis Malianorcis” atau penyakit Jing Jing. Berdasarkan penelusuran laman Hoax Slayer, tidak ditemukan nama penyakit semacam itu. Selain itu, nama dokternya, yakni Dr. Ping Lao juga tidak ditemukan oleh Hoax Slayer sebagai dokter di Thailand.

    Tak hanya itu, menurut hasil penelusuran Hoax Slayer, diketahui bahwa kabar gadis bertubuh ular tersebut pertama kali dimunculkan oleh laman satir World News Daily Report. Dalam laman tersebut memang biasa menerbitkan berbagai macam berita satir.

    Bahayanya laman satir semacam itu ialah tidak semua paham bahwa laman tersebut berisikan berita satir. Ketika diterima oleh mereka yang tidak paham sisi satirnya maka dapat dianggap sebagai fakta.

    Lebih lanjut, Hoax Slayer pun memberikan pernyataan bahwa bila memang benar ada gadis bertubuh ular di Bangkok, Thailand maka seharusnya sudah menjadi pemberitaan nasional. Akan tetapi, berdasarkan hasil penelusuran Hoax Slayer, tidak ditemukan laman berita nasional di Thailand yang membahas mengenai gadis tersebut.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hal tersebut maka informasi yang beredar mengenai gadis bertubuh ular merupakan informasi yang salah. Atas dasar itu, konten tersebut masuk ke dalam kategori Fabricated Content atau Konten Palsu.

    Rujukan

  • (GFD-2020-3544) [SALAH] Bendungan Bili-Bili Melewati Batas Angka Normal

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 16/01/2020

    Berita

    Sebuah postingan beredar dengan klaim bahwa Bendungan Gili-Gili sudah melewati batas normal. Postingan itu beredar pada tanggal 12 Januari 2020. Berikut kutipan narasinya:

    Hujan yang terjadi dini hari hingga siang ini, mengakibatkan elevasi PMA di bendungan Bili-Bili mengalami kenaikan.
    Kenaikannya cukup signifikan jika di bandingkan tadi pagi, elevasi air menyentuh di angka 86.20 mdpl, siang ini volume air naik menjadi 99.927 mdpl.
    Angka ini melewati angka normal yakni 99.50 mdpl, kondisi bendungan saat ini 99.927 ucap kepala bbws Jeneberang Suparji saat di konfirmasi.
    Sementara volume air untuk waspada yakni 103, tahun lalu pada musim bencana banjir bandang bendungan Bili-Bili di buka angka 103 dan menyebabkan banjir bandang di beberapa kabupaten.
    Curah hujan tinggi di Sulawesi Selatan khususnya wilayah kota Makassar dan Kabupaten Gowa, yang terjadi dini hari kemungkinan membuat elevasi bendungan Bili-Bili terus mengalami kenaikan.... (-)

    Hasil Cek Fakta

    Melalui hasil penelusuran, diketahui bahwa informasi tersebut tidak benar. Sebab, pada tanggal 12 Januari 2020, pihak Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWJPS) sudah membantahnya.

    Kepala BBWJPS Suparji pada pemberitaan tanggal 12 Januari 2020 membantah mengenai informasi yang tersebar. Suparji mengaku dirinya tidak pernah mengeluarkan pernyataan, update soal elevasi air yang melewati batas normal.

    “Yang jelas itu tidak betul,” ujar Suparji.

    Ia mengklarifikasi, elevasi pada tanggal 12 Januari 2020 hanya 86,73 mdpl, dari elevasi normal +99,50 mdpl. Dan elevasi waspada +100,00 mdpl. Artinya, elevasi di bendungan Bili-bili saat ini masih dibawah normal.

    Diketahui pula dari hasil pencarian bahwa kondisi Bendungan Bili-Bili dalam kondisi waspada terjadi pada 22 Januari 2019. Hal tersebut diketahui dari pemberitaan iNewsSulsel.id dengan judul “Bili-Bili Berstatus Waspada, Bupati Gowa Ingatkan Potensi Banjir.” Berikut kutipan pemberitaannya:

    […] Bili-Bili Berstatus Waspada, Bupati Gowa Ingatkan Potensi Banjir

    SUNGGUMINASA, iNews.id –Bendungan Bili-Bili di Gowa, Sulawesi Selatan, saat ini ditetapkan berstatus waspada. Ketinggian air di bendungan terbesar di Sulawesi Selatan itu kini bahkan mencapai 101,36 meter. Warga di sekitar bendungan dan Kota Makassar diminta mewaspadai banjir kiriman dari bendungan Bili-Bili.

    Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan menginformasikan kondisi tersebut, melalui akun instagramnya, Selasa (22/1/2019). Menurutnya, saat ini pintu air di Bendungan Bili-Bili akan dibuka untuk mengurangi debit air yang terlalu tinggi. "Dengan pembukaan pintu air ini, tentu akan berdampak banjir yang cukup tinggi," tulisnya, Selasa (22/1/2019).

    Adnan pun mengimbau agar masyarakat yang tinggal di aliran hilir bendungan Bili-bili mengungsi untuk sementara waktu, untuk menghindari hal yang tak diinginkan.

    "Saya juga mengajak masyarakat untuk sama-sama berdoa kepada Allah SWT agar curah hujan normal kembali dan kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT," ucapnya.

    Hingga berita ini dirutunkan, belum ada imbauan resmi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mengenai potensi bencana tersebut.

    Sebelumnya, cuaca buruk melanda Kota Makassar dan sekitarnya sejak dua hari belakangan. Bahkan, sejumlah titik langganan banjir sudah mulai tergenang. Ketinggian air bervariasi hingga mencapai satu meter lebih. […]

    Lalu, diketahui pula bahwa isu serupa sempat tersebar di tanggal 5 Januari 2020 melalui Whatsapp dan Facebook. Hanya saja, pada narasi yang sempat beredar itu mencatut nama Bupati Gowa.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hal tersebut, kondisi Bendungan Bili-Bili pada tanggal 12 Januari 2020, yakni saat postingan sumber beredar tidak dalam keadaan waspada. Adapun, Bendungan Bili-Bili dalam kondisi waspada terjadi pada tanggal 22 Januari 2019, bukan tahun ini. Berdasarkan hal tersebut, maka konten yang tersebar itu masuk ke dalam kategori Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan.

    Rujukan

  • (GFD-2020-3543) [SALAH] Wapres Kaget Aliran Uang Jiwasraya Masuk ke Dana Kampanye Jokowi-Maruf

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 15/01/2020

    Berita

    Beredar postingan yang membagikan artikel berjudul “Wapres Kaget Aliran Uang Jiwasraya Masuk ke Dana Kampanye Jokowi-Maruf” dari operainff[dot]blogspot[dot]com. Postingan itu memberikan narasi bahwa artikel tersebut merupakan pengakuan Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin atas kebenaran judul artikelnya. Berikut kutipan narasi postingannya:

    "Kekagetan" Tuan Ma'rup adalah bentuk "pengakuan" atas aliran dana Jiwasraya untuk pemenangan JokKw.

    #RevolusiTurunkanJokKw
    #BekukanAsetRRC

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa artikel dari operainff[dot]blogspot[dot]com merupakan artikel yang melansir dari dua laman, yakni dari CNBC Indonesia dan Teropong Senayan (teropongsenayan.com). artikel dari CNBC Indonesia yang dilansir dalam artikel itu ialah “Demokrat: Kok Masalah Jiwasraya Meledak Jelang Pemilu 2019?” yang tayang pada tanggal 29 Desember 2019. Adapun, bagian yang diambil ialah pada paragraf ke delapan artikel tersebut yang diletakan di paragraf pertama artikel operainff[dot]blogspot[dot]com. Berikut perbandingannya:

    Cuplikan paragraf pertama operainff[dot]blogspot[dot]com:

    […] Permasalahan yang menimpa PT Asuransi Jiwasraya (Persero) semakin melebar. Baru-baru ini, berembus kabar dana milik perusahaan pelat merah itu digunakan untuk kampanye Presiden Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden 2019 lalu. […]

    Cuplikan paragraf ke delapan CNBC Indonesia:

    […] Sekadar gambaran, permasalahan yang menimpa Jiwasraya belakangan semakin melebar ke mana-mana. Baru-baru ini, berembus kabar dana milik perusahaan pelat merah itu digunakan untuk kampanye Presiden Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden 2019 lalu. […]

    Dari perbandingan tersebut terlihat ada bagian yang diubah dari sumber aslinya. Perubahan tersebut juga terjadi pada bagian yang diambil dari laman artikel Teropong Senayan dengan judul “Aliran Uang Jiwasraya Masuk ke Dana Kampanye Jokowi-Maruf, Wapres: Kita Tunggu Saja” yang tayang pada tanggal 8 Januari 2020. Seluruh bagian artikel dari Teropong Senayan diambil oleh operainff[dot]blogspot[dot]com.

    Hanya saja, ada perubahan di operainff[dot]blogspot[dot]com. Berikut perbandingannya:

    Cuplikan paragraf dua artikel di operainff[dot]blogspot[dot]com:

    […] Menanggapi hal ini, Wakil Presiden Ma"ruf Amin kaget dan mengelak aliran uang dari Jiwasraya masuk ke dana kampanye bersama Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2019. […]

    Cuplikan paragraf pertama artikel di Teropong Senayan:

    […] Wakil Presiden Ma"ruf Amin mengelak aliran uang dari Jiwasraya masuk ke dana kampanye bersama Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2019. […]

    Dari perbandingan tersebut terlihat adanya perubahan dari kalimat aslinya.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hal tersebut, maka pada artikel operainff[dot]blogspot[dot]com terjadi pelintiran atas informasi yang dikutip dari CNBC Indonesia dan Teropong Senayan. Dengan demikian, konten dari laman blog tersebut masuk ke dalam kategori Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan. Hal itu disebabkan terjadi pelintiran yang mengubah konteks informasi dari dua sumber aslinya.

    Rujukan

  • (GFD-2020-3542) [SALAH] Jus Daun Pepaya Mentah Obat DBD

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 14/01/2020

    Berita

    Beredar informasi yang menyebutkan bahwa daun pepaya merupakan obat yang dapat menyembuhkan Demam Berdarah Dengue (DBD). Cara untuk mengolah daun pepaya menjadi obat ialah dengan menjadikannya jus. Berikut kutipan narasinya:

    % jiplak

    ‼PENTING‼
    UNTUK ANAK CUCU

    *Obat DBD telah ditemukan*

    Dari Prof. A.A. Mattjik mantan rektor IPB terkait pengobatan Demam Berdarah, krn skrg DBD sdg menggejala mungkin bisa sbg obat alternatif:

    KABAR TERKINI, ...
    "Obat Demam Berdarah"

    Berdasarkanm pengalaman dari seorang anak laki-laki yang telah sembuh dari penyakit demam berdarah.

    Setelah sebelumnya mengalami masa kritis di ICU ketika trombositnya mencapai angka 15 dan menghabiskan 15 liter tranfusi darah.

    Ayah dari anak tersebut mendapatkan rekomendasi dari temannya tentang Juice *Daun Pepaya* Mentah.

    Setelah minum juice tersebut, trombosit temannya yang semula 45 dengan 25 liter tranfusi darah naik dengan cepat menjadi 135.

    Hal ini membuat dokter dan perawat terkejut.

    Bahkan keesokan harinya, temannya itu sudah tidak diberikan tranfusi lagi.

    Cara membuat Juice tersebut:

    2 helai *daun pepaya* dibersihkan, ditumbuk dan diperas dengan saringan kain.

    Akan didapatkan 1 sendok makan per helai daun.

    Takarannya 2 sendok makan 1 kali sehari.

    Daun jangan dimasak, direbus atau dicuci dengan air panas karena khasiatnya akan hilang.

    Ingat:
    hanya *daunnya saja,* bukan batangnya atau getahnya.

    Rasanya memang pahit sekali, tetapi tetap harus diminum.

    Pengalaman lain tentang juice *daun pepaya* mentah ini didapat oleh seseorang dengan kondisi yang sangat parah.

    Orang ini keadaannya sangat kritis, di mana paru-parunya telah mulai diisi air
    Karena angka trombositnya yang sangat rendah.

    Sampai-sampai dia kesulitan untuk bernafas.

    Dokter hanya bisa berkata bahwa kekebalan tubuhnya yang akan bisa membuat dia bertahan.

    Untungnya, ibu mertua dari pasien tersebut mendengar tentang juice *daun pepaya* mentah tersebut.

    Setelah diberikan kepada pasien, keesokan hari, trombositnya mulai naik dan demamnya mulai hilang.

    Juice itu terus diberikan dan 3 hari berikutnya dia dinyatakan sembuh.

    Mohon dikirim ke grup informasi ini karena belakangan ini banyak sekali kasus penyakit demam berdarah. ????

    "Daun pepaya bisa untuk obat demam berdarah"

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, informasi tersebut kurang tepat. Sebab, diketahui bahwa daun pepaya bukan obat DBD. Menurut dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, mengatakan sejauh ini, jus daun pepaya mentah belum didaftarkan ke Kemenkes sebagai obat tradisional yang bisa menyembuhkan DBD.

    "Kalau ini kami belum mendapatkan laporan resmi ke Kemenkes apakah sudah menjadi bagian obat tradisional yabg sudah diregistrasi di farmalkes (Direktorat Kefarmasian dan Alat Kesehatan). Sepertinya kami belum mendapat infonya," ungkap dr Nadia.

    dr Nadia juga menyebut belum ada penelitian ilmiah yang bisa membuktikan bahwa khasiat jus daun pepaya mentah mampu meningkatkan sistem imun, maupun meningkatkan trombosit.

    Hingga saat ini pula, belum ada obat yang benar-benar berkhasiat untuk menyembuhkan DBD. Sebabnya, DBD merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus.

    "Sampai saat ini DBD belum ada obatnya karena prinsipnya infeksi oleh virus, yang memang beum ada obat untuk menghilangkan virusnya. Pengobatan saat ini dilangsungkan untuk mengobati gejala seperti turun trombosit dan mencegah dehidrasi," terangnya lagi.

    Informasi perihal daun pepaya yang keliru ini juga sudah pernah muncul di Filipina dan sudah dilakukan pemeriksa fakta oleh Verafiles (organisasi pemeriksa fakta dari Filipina). Berdasarkan hasil periksa fakta Verafiles bahwa memang belum ada bukti ilmiah daun pepaya yang dijadikan jus menjadi obat DBD. Berikut kutipannya:

    […] The effectiveness of papaya leaf extract as treatment for dengue is still being evaluated. However, initial studies show the juice indeed has the potential to raise platelet levels in dengue patients.

    People with the dengue virus can have decreased platelet counts and platelet dysfunction as the disease progresses, according to 2007 World Health Organization (WHO) guidelines on the disease and a DOH primer.

    The Philippine Institute of Traditional and Alternative Health Care (PITAHC), an attached office of the DOH leading research and promotion of traditional medicine, recognized local and foreign records and studies that found papaya leaves to have a positive effect on dengue patients.

    In an email to VERA Files, PITAHC said the use of papaya leaves as treatment has been “anecdotally recorded” in the country and provided a link to the Philippine Knowledge Digital Library on Health (PKDLH) -- a national database of traditional medicines “gathered from work of researchers and scholars.” It showed that papaya leaves were being used as a treatment in two focus groups and a community, but the database did not elaborate further.

    Meanwhile, PITAHC also took note of studies abroad recorded in the Encyclopedia of Common Medicinal Plants in the Philippines Volume I that found promise in the use of papaya leaves as a treatment for dengue. They were:

    a 2011 study in Pakistan which found papaya leaves to show “potential activity against dengue fever” after a 45-year-old male dengue patient drank the extract twice a day for five days, and
    a 2013 study in Malaysia which found that those who drank papaya leaf extract in a trial involving 228 dengue patients had increased platelet counts.

    However, PITAHC also stressed that large-scale clinical trials still need to be conducted to determine the treatment’s efficacy. It cited a 2016 study in India, published in the International Journal of Applied and Basic Medical Research, which said:

    “[Carica] papaya leaf extract can be considered as a potential candidate for increase in platelet count in patients of dengue; however, there is need of high-quality evidence in the form of large clinical trials before a decision related to the use of such extract is made.”

    Source: Efficacy and safety of Carica papaya leaf extract in the dengue: A systematic review and meta-analysis, International Journal of Applied and Basic Medical Research, Oct.-Dec. 2016.

    Apart from papaya leaves, tawa-tawa leaves have also been the subjects of research on herbal treatments for dengue. Tawa-tawa is recorded in the PKDLH and Encyclopedia of Common Medicinal Plants of the Philippines, but the latter noted that clinical evidence supporting its efficacy is lacking.

    Additionally, the DOH, WHO, and the Centers for Disease Prevention and Control in the United States have all said there is currently no specific treatment for dengue, but it can be managed early. […]

    Terjemahan:

    […] Efektivitas ekstrak daun pepaya sebagai pengobatan untuk demam berdarah masih dievaluasi. Namun, studi awal menunjukkan jus memang memiliki potensi untuk meningkatkan kadar trombosit pada pasien demam berdarah.

    Orang dengan virus dengue dapat mengalami penurunan jumlah trombosit dan disfungsi trombosit seiring perkembangan penyakit, menurut pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2007 tentang penyakit dan primer DOH.

    Institut Perawatan Kesehatan Tradisional dan Alternatif Filipina (PITAHC), kantor terlampir dari DOH yang memimpin penelitian dan promosi obat tradisional, mengakui catatan lokal dan asing dan penelitian yang menemukan daun pepaya memiliki efek positif pada pasien demam berdarah.

    Dalam sebuah email ke File VERA, PITAHC mengatakan penggunaan daun pepaya sebagai pengobatan telah "direkam secara anekdot" di negara itu dan memberikan tautan ke Perpustakaan Digital Pengetahuan Kesehatan Filipina (PKDLH) - basis data nasional obat-obatan tradisional "dikumpulkan dari karya para peneliti dan cendekiawan. ”Itu menunjukkan bahwa daun pepaya digunakan sebagai pengobatan dalam dua kelompok fokus dan sebuah komunitas, tetapi database tidak menjelaskan lebih lanjut.

    Sementara itu, PITAHC juga mencatat penelitian di luar negeri yang dicatat dalam Encyclopedia of Common Medicinal Plants di Filipina Volume I yang menjanjikan penggunaan daun pepaya sebagai pengobatan untuk demam berdarah. Mereka:

    sebuah studi 2011 di Pakistan yang menemukan daun pepaya menunjukkan "aktivitas potensial melawan demam berdarah" setelah seorang pasien dengue laki-laki berusia 45 tahun minum ekstrak dua kali sehari selama lima hari, dan sebuah studi 2013 di Malaysia yang menemukan bahwa mereka yang minum ekstrak daun pepaya dalam percobaan yang melibatkan 228 pasien dengue mengalami peningkatan jumlah trombosit.

    Namun, PITAHC juga menekankan bahwa uji klinis skala besar masih perlu dilakukan untuk menentukan kemanjuran pengobatan. Ini mengutip sebuah studi 2016 di India, yang diterbitkan dalam International Journal of Applied and Basic Medical Research, yang mengatakan:

    “[Carica] ekstrak daun pepaya dapat dianggap sebagai kandidat potensial untuk peningkatan jumlah trombosit pada pasien demam berdarah; Namun, ada kebutuhan bukti berkualitas tinggi dalam bentuk uji klinis besar sebelum keputusan terkait dengan penggunaan ekstrak tersebut dibuat. "

    Sumber: Khasiat dan keamanan ekstrak daun Carica papaya dalam demam berdarah: Tinjauan sistematis dan meta-analisis, Jurnal Internasional Riset Medis Dasar dan Terapan, Oktober-Desember. 2016.

    Selain daun pepaya, daun tawa-tawa juga telah menjadi subjek penelitian tentang pengobatan herbal untuk demam berdarah. Tawa-tawa dicatat dalam PKDLH dan Ensiklopedia Tanaman Obat-Obatan Umum Filipina, tetapi yang terakhir mencatat bahwa bukti klinis yang mendukung kemanjurannya masih kurang.

    Selain itu, DOH, WHO, dan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Amerika Serikat semuanya mengatakan bahwa saat ini tidak ada pengobatan khusus untuk demam berdarah, tetapi dapat dikelola lebih awal. […]

    Kesimpulan

    Berdasarkan hal itu, maka dapat disimpulkan bahwa informasi yang beredar tidak tepat. Daun pepaya belum terbukti secara ilmiah sebagai obat DBD. Dengan demikian, konten tersebut masuk ke dalam kategori False Context atau Konten yang Salah.

    Rujukan