• (GFD-2021-6515) [SALAH] Akun Facebook Wali Kota Kendari Mengarahkan ke Link Whatsapp

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 13/03/2021

    Berita

    Beredar akun Facebook dengan nama “Sulkarnain Kadir”. Akun tersebut memakai foto profil Wali Kota Kendari memakai topi dan kaos hijau. Akun tersebut mengirimkan sejumlah pesan melalui messanger kepada pengguna Facebook lainnya. Setelah meminta nomor Whatsapp untuk dibuatkan grup info Covid-19 dan meminta kode yang masuk lewat SMS lalu dikirim melalui Whatsapp yang tersedia.

    Hasil Cek Fakta

    Setelah ditelusuri, melansir dari lentera sultra, Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir mengonfirmasi bahwa akun tersebut bukan miliknya. Ia mengimbau untuk tidak menanggapi akun tersebut sampai melakukan tindakan berupa pemberian uang, dan segera melaporkan ke pihak yang berwajib.

    “Jadi saya sudah melihat dan saya dapat dipastikan akun facebook tersebut adalah akun palsu,” tegas Sulkarnain Kadir pada 5 Maret 2021.

    Kepala Dinas Kominfo Kota Kendari menyampaikan kepada masyarakat yang mendapat pesan demikian untuk tidak memberikan nomor atau identitas apapun seperti yang diminta.

    Dengan demikian, akun Facebook bernama Sulkarnain Kadir adalah palsu, sehingga hal tersebut masuk dalam kategori konten tiruan.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6514) [SALAH] “Vaksin Sinovac, Vaksin yg sebenarnya di peruntukkan untuk ayam”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 13/03/2021

    Berita

    Akun Facebook Lois Lois (fb.com/100060624750848) pada 9 Maret 2021 mengunggah sebuah tangkapan layar artikel berjudul “Guru di Kota Tegal Meninggal Usai Divaksin Sinovac” dengan narasi sebagai berikut:

    “Kode barcode vaksin asli di tukar oleh Farmasi sbg Vaksin Plasebo utk menipu KIPI. Oleh KIPI.. Akan di bantah bhw kematian bukan akibat Vaksin.

    Bukankah Indonesia di jadikan kelinci percobaan Vaksin Sinovac? Makanya belum setahun Vaksin sudah di temukan. Vaksin yg sebenarnya di peruntukkan untuk ayam. Soalnya dr.Dirga Lambe mengatakan bhw Virus hewan bisa bermutasi kepada manusia.

    Dan juru Vaksin-dr.Nadia Tarmizi adalah Ahli penyakit menular pada hewan . Vaksin sudah terlanjur di suntikkan dan WHO akhirnya melaporkan bhw Tidak di temukan bukti sumber penularan Hewan di Wuhan.

    Kata Dokter2 Hewan: Ayam2 yg di suntikan Vaksin Sinovac ini banyak yg mati setelah 2 Minggu. Selamat ya buat IDI Anda tertipu ilmu sampah. Tapi mau di bantu.. Justru saya di gosipkan Gila gangguan jiwa berat!! IDI menolak di bantu Kemenkes menolak di bantu Kalau masih minta bukti Ini lhoooo: Pandemi berlarut2!!”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, adanya klaim bahwa vaksin Sinovac merupakan vaksin yang diperuntukkan bagi ayam, lalu ayam-ayam yang disuntik vaksin Sinovac ini banyak yang mati setelah 2 minggu, dan Indonesia dijadikan kelinci percobaan vaksin Sinovac serta klaim kode barcode vaksin asli di tukar oleh Farmasi sebagai vaksin plasebo adalah klaim yang menyesatkan.

    Faktanya, vaksin Sinovac ditujukan untuk memberi perlindungan terhadap manusia dari infeksi Covid-19. Tidak ada penggunaan ayam dalam pengembangan vaksin Sinovac. Untuk vaksin Sinovac, pengujian telah dilakukan terhadap tikus. Demikian juga, tidak ada publikasi yang menyebutkan bahwa ayam-ayam mati setelah divaksin Sinovac.

    DIlansir dari Tempo, untuk memeriksa klaim tersebut, Tempo mewawancarai Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan Satari pada 12 Maret 2021 dan menelusuri berbagai literatur terkait.

    Berikut ini pemeriksaan fakta atas klaim-klaim tersebut:

    Klaim 1: Barcode vaksin asli ditukar sebagai vaksin plasebo untuk menipu KIPI

    Fakta:
    Hindra menjelaskan bahwa barcode vaksin melalui satu sistem yang sama sejak selesai diproduksi di Cina hingga disuntikkan kepada penerima vaksin. Sistem satu pintu ini diterapkan untuk memudahkan pelacakan dan distribusi serta mencegah pemalsuan terhadap sebuah vaksin. “Tidak sesederhana itu (untuk menukar kode vaksin Sinovac),” kata Hindra.

    Beberapa orang penerima vaksin Covid-19 memang mengalami KIPI. Dikutip dari Tempo, jumlah KIPI hanya sebanyak lima kasus per 10 ribu suntikan. Itu pun hanya berupa gejala yang ringan, seperti mual, kesulitan bernapas, kesemutan, lemas, atau jantung berdebar.

    ==================
    Klaim 2: Indonesia menjadi kelinci percobaan vaksin Sinovac

    Fakta:
    Indonesia bukan satu-satunya pengguna vaksin Sinovac. Dikutip dari Kompas.com, tiga negara lainnya yang menggunakan vaksin Sinovac adalah Chili, Brazil, dan Turki.

    Produksi vaksin sendiri membutuhkan proses yang panjang. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) menjelaskan ada enam tahap yang biasanya diperlukan dalam pengembangan vaksin , yakni eksplorasi, pra-klinis, pengembangan klinis, tinjauan peraturan dan persetujuan, produksi, dan kontrol kualitas.

    Sebelum diujicobakan ke luar Cina, vaksin Sinovac telah terlebih dahulu menjalani uji coba fase I dan fase II yang melibatkan sejumlah warga Cina. Sinovac memulai pengembangan kandidat vaksin dari virus yang tidak aktif, yang disebut CoronaVac tersebut, pada 28 Januari 2020.

    Pada 13 April 2020, Administrasi Produk Medis Nasional Cina (NMPA) memberikan persetujuan untuk uji klinis fase I dan fase II di Cina, yang dimulai pada 16 April di Provinsi Jiangsu. Uji klinis fase I dan fase II itu melibatkan orang dewasa yang sehat dan berusia 18-59 tahun. Mereka diberi vaksin selama 14 hari.

    ==================
    Klaim 3: Vaksin yang sebenarnya diperuntukkan bagi ayam. Ayam banyak yang mati setelah disuntik vaksin Sinovac.

    Fakta:
    Menurut Hindra, vaksin Sinovac ditujukan bagi manusia, sesuai tahap uji klinis yang dilakukan terhadap manusia meskipun, sebelum uji klinis tersebut, dilakukan uji coba terhadap binatang. Untuk vaksin Sinovac, pengujian telah dilakukan terhadap tikus. Tidak ada penggunaan ayam dalam pengembangan vaksin Sinovac. Demikian juga, tidak ada publikasi yang menyebutkan bahwa ayam-ayam mati setelah divaksin Sinovac.

    Sementara itu, artikel berjudul “Guru di Kota Tegal Meninggal Usai Divaksin Sinovac” sendiri berisi pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal Sri Primawati Indraswari yang menyebut penyebab seorang guru SD di Kota Tegal yang meninggal bukan karena vaksin.

    “Dia punya penyakit gula (diabetes), yang jelas bukan KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi),” kata Prima saat dikonfirmasi, Senin (8/3/2021) dikutip dari artikel yang tayang di situs jateng.suara.com pada Senin, 08 Maret 2021 pukul 17:25 WIB tersebut.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6513) [SALAH] Rusia Menemukan bahwa Covid-19 Tidak Disebabkan oleh Virus

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 12/03/2021

    Berita

    Pengguna Facebook dengan nama pengguna Zekeriyya Genc mengunggah sebuah narasi (8/3) yang menyatakan bahwa hasil otopsi terhadap jenazah korban Covid-19 yang dilakukan oleh dokter di Rusia telah menemukan bahwa penyakit Covid-19 tidak disebabkan oleh virus, melainkan radiasi elektromagnetik 5G. Narasi tersebut juga menyebutkan bahwa untuk mengobati Covid-19, hanya dibutuhkan aspirin 100 mg, apronic atau parasetamol 650 mg.

    Rusia nekat otopsi

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, tidak ada pernyataan terkait penemuan tersebut di situs resmi pemerintah Rusia. WHO serta hasil penelitian para ahli juga telah menegaskan bahwa Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan maupun mencegah Covid-19, oleh karena itu WHO mengimbau masyarakat untuk selalu menjaga jarak, menggunakan masker ketika bepergian, serta menghindari kerumunan. Lebih lanjut, teknologi 5G telah terbukti tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.

    Narasi dengan topik serupa juga telah dimuat dalam situs turnbackhoax.id dengan judul artikel “[SALAH] “Covid-19 BUKAN Virus, Sumber : Kementerian Kesehatan Italy” pada 14 Februari 2021 lalu.

    Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh pengguna Facebook dengan nama pengguna Zekeriyya Genc tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.

    Rujukan

  • (GFD-2021-6512) [SALAH] Rebusan Daun Jambu Biji Dicampur Cuka Bisa Bunuh Virus Covid-19

    Sumber: Twitter
    Tanggal publish: 12/03/2021

    Berita

    Cek Fakta Liputan6.com menemukan klaim soal ramuan yang mampu mengobati seseorang dari virus covid-19. Ramuan itu terdiri dari daun jambu biji, jahe, lemon, bawang bombai, hingga bawang putih.

    Klaim ramuan untuk mengobati virus covid-19 ditemukan di akun Twitter @TirivaviTinashe. Begini narasi yang dia buat dalam Bahasa Inggris:

    "Guava leaves, Ginger, Lemon, Vinegar, Onion, Garlic. Mix in Hot water. Do steaming 3 times a day until you sweat. It keeps your air channels open and your lungs clean. Now it's self help, Hospital Zero. Lets fight Covid 19 together..."

    Bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi:

    "Daun jambu biji,jahe,bawang putih,lemon,bawang merah dan cuka.Campur dengan air panas.Hirup uap panas hasil rebusan bahan-bahan tersebut 3 kali sehari hingga anda berkeringat.Uap itu akan membuat saluran pernapasan anda tetap lancar dan paru-paru anda bersih.Lakukan untuk diri anda sendiri.Mari lawan Covid19 bersama-sama…"

    Hasil Cek Fakta

    Untuk membuktikan klaim tersebut, Cek Fakta Liputan6.com menghubungi edukator kesehatan, dr. Muhammad Fajri Adda’I. Dia pun memastikan ramuan itu salah.

    "Itu (ramuan herbal) hoaks bercampur. Saya sering bahas di seminar," katanya melalui WhatsApp, Selasa (9/3/2021).

    Dokter Fajri mengatakan, jambu biji yang dicampur jahe, bawang putih, lemon, dan bawang merah, memang punya kemungkinan meningkatkan imun. Namun, itu masih membutuhkan pembuktian.

    "Secara umum, bila dikonsumsi dengan takaran yang cukup, lemon mengandung vitamin C yang dibutuhkan selama sehari, sebanyak 150 miligram. Buat maintenance sistem imun memang bagus," ujarnya.

    "Namun untuk spesifik membunuh Covid-19 itu hoaks. Karena sejauh ini belum yang terbukti bisa bunuh virus Covid-19," kata dr. Fajri menambahkan.

    Lebih lanjut, dr. Fajri malah bingung dengan klaim ramuan itu yang ditambahkan cuka. Menurutnya, cuka bisa membuat ramuan menjadi asem dan berbahaya untuk penderita penyakit kronis.

    "Lalu, dicampur cuka, bagaimana? Ya, asem. Ketika Ph-nya rendah, ini hati-hati untuk penderita maag, bisa kambuh. Ini sudah jelas hoaks. Hati-hati mencerna informasi," ujarnya memberikan penjelasan.

    Kesimpulan

    Klaim daun jambu biji yang dicampur jahe, bawang putih, bawang merah, cuka, dan lemon bisa menyembuhkan seseorang dari virus covid-19 merupakan informasi hoaks. Sebab, hingga saat ini belum ada ramuan yang direkomendasikan bisa membunuh covid-19.

    Rujukan