Pada Rabu (16/10/2024), kanal YouTube “Era Baru” mengunggah video [arsip] yang mengeklaim Iptu Rudiana dibekuk polisi karena kasus pelanggaran HAM.
Berikut narasi lengkapnya:
“Di Bekuk Siang Ini !! Rudiana Kicep - Komnas HAM Temukan 3 Pelanggaran Kasus Vina”
Hingga Kamis (31/10/2024), unggahan tersebut sudah ditonton lebih dari 12.000 kali dan disukai hampir 180 akun.
(GFD-2024-23729) [SALAH] Iptu Rudiana Dibekuk karena Melanggar HAM
Sumber: Youtube.comTanggal publish: 31/10/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Tim pemeriksa fakta Mafindo (TurnBackHoax) pertama-tama menelusuri kebenaran klaim dengan memasukkan kata kunci “Iptu Rudiana dipenjara karena melanggar HAM” ke mesin pencarian Google. Hasilnya, tidak ditemukan informasi dari sumber kredibel tentang klaim tersebut.
Foto yang menampakkan Iptu Rudiana mengenakan baju tahanan merupakan rekayasa. Tidak ada bukti tentang Iptu Rudiana mempunyai rekam jejak pelanggaran hukum yang mengharuskannya dipenjara.
Video berdurasi 12 menit 15 detik tersebut hanya memuat informasi mengenai jenis pelanggaran HAM dalam kasus pembunuhan Vina Cirebon, yakni:
pelanggaran hak atas bantuan hukum,
pelanggaran hak atas bebas dari penyiksaan, dan
pelanggaran hak bebas dari tindakan penangkapan sewenang-wenang.
Mengutip kanal YouTube “Fristian Griec Media Official”, berdasarkan putusan sidang etik BID Propam Polda Jawa Barat tahun 2017, ada salah satu anak buah Iptu Rudiana yang terbukti melanggar HAM dan sudah diberi sanksi
Foto yang menampakkan Iptu Rudiana mengenakan baju tahanan merupakan rekayasa. Tidak ada bukti tentang Iptu Rudiana mempunyai rekam jejak pelanggaran hukum yang mengharuskannya dipenjara.
Video berdurasi 12 menit 15 detik tersebut hanya memuat informasi mengenai jenis pelanggaran HAM dalam kasus pembunuhan Vina Cirebon, yakni:
pelanggaran hak atas bantuan hukum,
pelanggaran hak atas bebas dari penyiksaan, dan
pelanggaran hak bebas dari tindakan penangkapan sewenang-wenang.
Mengutip kanal YouTube “Fristian Griec Media Official”, berdasarkan putusan sidang etik BID Propam Polda Jawa Barat tahun 2017, ada salah satu anak buah Iptu Rudiana yang terbukti melanggar HAM dan sudah diberi sanksi
Kesimpulan
Unggahan dengan klaim “Iptu Rudiana dibekuk karena melanggar HAM” merupakan konten yang dimanipulasi (manipulated content).
Rujukan
- http[YouTube] Fristian Griec Media Official_Komnas HAM : Pelanggar HAM dalam Kasus Vina Cirebon Sudah Disanksi, Siapa Mereka? [Tribunnews.com] "Terlambat" Kuasa Hukum Saka Tatal Soroti Komnas HAM Baru Ungkap Pelanggaran Anak Buah Iptu Rudiana
- https://www.youtube.com/watch?v=3s_WPEQPYC4
- https://jabar.tribunnews.com/2024/10/18/terlambat-kuasa-hukum-saka-tatal-soroti-komnas-ham-baru-ungkap-pelanggaran-anak-buah-iptu-rudiana
- https://youtu.be/kHXGzagFngg?si=IzhNgEKhJs-JicR0 (tautan asli unggahan kanal YouTube “Era Baru”)
- https://arsip.cekfakta.com/archive/1729489036.658973/index.html (arsip unggahan kanal YouTube “Era Baru”)
(GFD-2024-23728) PSSI memutuskan keluar dari AFC, benarkah?
Sumber:Tanggal publish: 31/10/2024
Berita
Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan video di YouTube menarasikan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) memutuskan untuk keluar dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan pindah menjadi anggota Konfederasi Sepak bola Oceania (OFC).
Berikut narasi dalam unggahan tersebut:
“AFC AUTO NANGIS PSSI Putuskan Timnas Indonesia Keluar~Pindah ke Zona Oseania, Jadi 3 Harapanku”
Namun, benarkah PSSI memutuskan untuk keluar dari AFC?
Berikut narasi dalam unggahan tersebut:
“AFC AUTO NANGIS PSSI Putuskan Timnas Indonesia Keluar~Pindah ke Zona Oseania, Jadi 3 Harapanku”
Namun, benarkah PSSI memutuskan untuk keluar dari AFC?
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran, dalam unggahan tersebut tidak ada klaim bahwa PSSI resmi memutuskan untuk keluar dari AFC dan bergabung dengan OFC.
Dalam video tersebut, narator hanya membacakan narasi artikel dari media yang berjudul “3 Kerugian AFC Jika Indonesia Memutuskan Keluar dan Bergabung ke Oseania”.
Dalam artikel tersebut tidak ada klaim PSSI memutuskan untuk keluar dari AFC, namun salah satu pemerhati sepak bola yang menyerukan desakan tersebut adalah Justinus Lhaksana. Ia menilai PSSI lebih baik meninggalkan AFC jika permintaan BFA dikabulkan oleh otoritas sepak bola di Asia tersebut.
Artikel tersebut juga menyebutkan tiga kerugian AFC, jika PSSI memutuskan untuk keluar dan bergabung dengan OFC.
Klaim: PSSI memutuskan untuk keluar dari AFC
Rating: Disinformasi
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2024
Dalam video tersebut, narator hanya membacakan narasi artikel dari media yang berjudul “3 Kerugian AFC Jika Indonesia Memutuskan Keluar dan Bergabung ke Oseania”.
Dalam artikel tersebut tidak ada klaim PSSI memutuskan untuk keluar dari AFC, namun salah satu pemerhati sepak bola yang menyerukan desakan tersebut adalah Justinus Lhaksana. Ia menilai PSSI lebih baik meninggalkan AFC jika permintaan BFA dikabulkan oleh otoritas sepak bola di Asia tersebut.
Artikel tersebut juga menyebutkan tiga kerugian AFC, jika PSSI memutuskan untuk keluar dan bergabung dengan OFC.
Klaim: PSSI memutuskan untuk keluar dari AFC
Rating: Disinformasi
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2024
Rujukan
(GFD-2024-23727) [KLARIFIKASI] Tidak Benar 159 Negara Akan Adopsi Sistem Pembayaran BRICS
Sumber:Tanggal publish: 30/10/2024
Berita
KOMPAS.com - Beredar narasi yang mengeklaim 159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran BRICS.
Untuk diketahui, BRICS adalah aliansi ekonomi yang dipelopori Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut perlu diluruskan karena informasinya tidak tepat.
Narasi 159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran BRICS dibagikan oleh akun Facebook ini pada 11 September 2024.
Berikut narasi yang dibagikan:
BRICS Mengonfirmasi 159 Negara Akan Mengadopsi Sistem Pembayaran Baru
Untuk diketahui, BRICS adalah aliansi ekonomi yang dipelopori Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut perlu diluruskan karena informasinya tidak tepat.
Narasi 159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran BRICS dibagikan oleh akun Facebook ini pada 11 September 2024.
Berikut narasi yang dibagikan:
BRICS Mengonfirmasi 159 Negara Akan Mengadopsi Sistem Pembayaran Baru
Hasil Cek Fakta
Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri narasi tersebut menggunakan Google Search, dan menemukan artikel dari pemeriksa fakta AFP yang dipublikasikan pada 9 September 2024.
Dilansir AFP, narasi 159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran BRICS berasal dari kekeliruan media Rusia dalam memberitakan pernyataan pejabat bank sentral Rusia.
Awalnya, Kantor berita Rusia, Sputnik, memberitakan pernyataan Kepala Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina pada 30 Januari 2024 soal sistem perbankan sebagai alternatif SWIFT.
"Rusia memiliki Sistem Pengiriman Pesan Finansial (SPFS) yang merupakan alternatif dari SWIFT. Beberapa negara lain memiliki infrastruktur serupa. Kami sedang mendiskusikan interaksi platform-platform tersebut," kata Nabiullina.
Moskow sedang mendiskusikan integrasi SPFS dengan negara-negara BRICS lainnya. Nabiullina mengatakan bahwa 159 peserta asing dari 20 negara telah mendaftar ke SPFS.
Pernyataan tersebut dikutip oleh media Rusia lainnya, Russia Today (RT), dan dipublikasikan di platform media sosial China, Weibo, pada 17 Agustus 2024.
Namun, RT keliru mengutip dan justru menyebutkan "159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran BRICS".
Kemudian, RT mencabut pemberitaan tersebut serta menerbitkan klarifikasi di Weibo pada 22 Agustus 2024.
Sementara itu, juru bicara BRICS Pay mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui soal 159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran tersebut.
"Pengembangan BRICS Pay memang terus berjalan, tetapi ini akan menjadi pengembangan yang bertahap dan berurutan," kata BRICS Pay kepada AFP pada 6 September 2024.
Dilansir AFP, narasi 159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran BRICS berasal dari kekeliruan media Rusia dalam memberitakan pernyataan pejabat bank sentral Rusia.
Awalnya, Kantor berita Rusia, Sputnik, memberitakan pernyataan Kepala Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina pada 30 Januari 2024 soal sistem perbankan sebagai alternatif SWIFT.
"Rusia memiliki Sistem Pengiriman Pesan Finansial (SPFS) yang merupakan alternatif dari SWIFT. Beberapa negara lain memiliki infrastruktur serupa. Kami sedang mendiskusikan interaksi platform-platform tersebut," kata Nabiullina.
Moskow sedang mendiskusikan integrasi SPFS dengan negara-negara BRICS lainnya. Nabiullina mengatakan bahwa 159 peserta asing dari 20 negara telah mendaftar ke SPFS.
Pernyataan tersebut dikutip oleh media Rusia lainnya, Russia Today (RT), dan dipublikasikan di platform media sosial China, Weibo, pada 17 Agustus 2024.
Namun, RT keliru mengutip dan justru menyebutkan "159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran BRICS".
Kemudian, RT mencabut pemberitaan tersebut serta menerbitkan klarifikasi di Weibo pada 22 Agustus 2024.
Sementara itu, juru bicara BRICS Pay mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui soal 159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran tersebut.
"Pengembangan BRICS Pay memang terus berjalan, tetapi ini akan menjadi pengembangan yang bertahap dan berurutan," kata BRICS Pay kepada AFP pada 6 September 2024.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi 159 negara akan mengadopsi sistem pembayaran BRICS perlu diluruskan.
Narasi tersebut berasal dari kekeliruan media Rusia dalam memberitakan pernyataan pejabat bank sentral Rusia.
Narasi tersebut berasal dari kekeliruan media Rusia dalam memberitakan pernyataan pejabat bank sentral Rusia.
Rujukan
(GFD-2024-23726) [KLARIFIKASI] Video Ledakan Pabrik di China Dinarasikan Keliru sebagai Serangan Hezbollah
Sumber:Tanggal publish: 30/10/2024
Berita
KOMPAS.com - Beredar video yang diklaim menunjukkan serangan Hezbollah, kelompok perlawanan asal Lebanon, yang menghancurkan pangkalan Israel.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video itu membagikan peristiwa lama yang terjadi di China dengan konteks keliru.
Video yang diklaim menunjukkan Hezbollah menghancurkan pangkalan Israel dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini, pada 14 Oktober 2024.
Berikut narasi yang dibagikan:
Boooommmm.....
Breaking:
Hizbullah Menyerang Pangkalan Zionis Israel dengan Rudal Terpandu dan Menyebabkan Kehancuran Total.
Menyala Hizbullah
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video itu membagikan peristiwa lama yang terjadi di China dengan konteks keliru.
Video yang diklaim menunjukkan Hezbollah menghancurkan pangkalan Israel dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini, pada 14 Oktober 2024.
Berikut narasi yang dibagikan:
Boooommmm.....
Breaking:
Hizbullah Menyerang Pangkalan Zionis Israel dengan Rudal Terpandu dan Menyebabkan Kehancuran Total.
Menyala Hizbullah
Hasil Cek Fakta
Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri video tersebut dengan Google Lens untuk mengecek apakah narasi dalam unggahan itu sesuai fakta.
Hasilnya, video yang sama pernah dipublikasikan oleh Mirror pada 26 November 2015. Artikel di Mirror menyatakan peristiwa itu sebagai ledakan pabrik kimia di Provinsi Zhejiang, China.
Menurut Mirror, video amatir tersebut diunggah pertama kali di YouTube.
Kemudian, Kompas.com melakukan penelusuran lebih lanjut dan menemukan video amatir yang merekam ledakan pabrik kimia di Zhejiang.
Akun YouTube Mikey Trailz membagikan video tersebut pada 26 November 2015. Deskripsi video menyebutkan, peristiwa itu terjadi pada 17 November 2015.
Peristiwa itu tidak terkait dengan peristiwa yang terjadi di Timur Tengah, atau konflik bersenjata antara Israel dengan Hezbollah.
Hasilnya, video yang sama pernah dipublikasikan oleh Mirror pada 26 November 2015. Artikel di Mirror menyatakan peristiwa itu sebagai ledakan pabrik kimia di Provinsi Zhejiang, China.
Menurut Mirror, video amatir tersebut diunggah pertama kali di YouTube.
Kemudian, Kompas.com melakukan penelusuran lebih lanjut dan menemukan video amatir yang merekam ledakan pabrik kimia di Zhejiang.
Akun YouTube Mikey Trailz membagikan video tersebut pada 26 November 2015. Deskripsi video menyebutkan, peristiwa itu terjadi pada 17 November 2015.
Peristiwa itu tidak terkait dengan peristiwa yang terjadi di Timur Tengah, atau konflik bersenjata antara Israel dengan Hezbollah.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video yang diklaim menunjukkan Hezbollah menghancurkan pangkalan Israel perlu diluruskan.
Video tersebut dibagikan dengan konteks keliru. Video yang sama beredar pada 2015 dan menunjukkan ledakan pabrik kimia di Provinsi Zhejiang, China.
Video tersebut dibagikan dengan konteks keliru. Video yang sama beredar pada 2015 dan menunjukkan ledakan pabrik kimia di Provinsi Zhejiang, China.
Rujukan
- https://www.facebook.com/nana.mulyanasay/videos/513768528166912/
- https://www.facebook.com/nana.mulyanasay/videos/442485465073321/
- https://www.facebook.com/reel/1193247331749170
- https://www.mirror.co.uk/news/world-news/terrifying-moment-man-films-chinese-6903400
- https://www.youtube.com/watch?v=1G8sDzOh1h4
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
Halaman: 1190/6485