(GFD-2021-7082) [SALAH] “Al Quran terjemahan baru Al Maidah 51”

Sumber: whatsapp.com
Tanggal publish: 13/06/2021

Berita

Beredar pesan berantai Whatsapp dengan narasi yang menyebutkan bahwa Al Qur’an Nusantara dengan terjemahan baru Surat Al Maidah 51 telah beredar. Dalam narasi pesan disebutkan bahwa terjemahan yang baru mengganti makna awliya menjadi “teman setia”, sebelumnya kata itu diterjemahkan “pemimpin.”

Hasil Cek Fakta

Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa narasi tersebut merupakan hoaks lama yang beredar kembali. Hoaks tersebut sudah pernah diklarifikasi pada tahun 2016. Adapun, hoaks tersebut sudah pernah dibahas dalam dua artikel periksa fakta dengan judul [SALAH] “Ide alqur’an nusantara sdh mulai direalisasikan” dan [SALAH] Al Quran terjemahan baru Al Maidah 51, “pemimpin” sudah berganti dengan “teman setia” di laman turnbackhoax.id.

Dikutip dari Republika.co.id, Pgs Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Kemenag, Muchlis M Hanafi, menjelaskan, terjemahan Alquran tersebut merujuk kepada edisi revisi 2002 Terjemahan Alquran Kementerian Agama yang mendapat tanda tashih dari LPMQ.

Muchlis menegaskan, tidak benar kabar yang menyatakan bahwa telah terjadi pengeditan terjemahan Alquran belakangan ini. “Tuduhan bahwa pengeditan dilakukan atas instruksi Kemenag juga tidak berdasar,” kata Muchlis dalam keterangan pers yang diterima Republika, Ahad (23/10/2016).

Menurut Muchlis, kata awliya di dalam Alquran disebutkan sebanyak 42 kali dan diterjemahkan beragam sesuai konteksnya. Merujuk kepada Terjemahan Alquran Kementerian Agama edisi revisi 1998-2002, dalam surah Ali Imran [3] ayat 28, an-Nisa [4] ayat 139 dan 144, serta al-Maidah [5] ayat 57, misalnya, kata awliya diterjemahkan sebagai pemimpin. Sedangkan dalam surah al-Maidah [5] ayat 51 dan al-Mumtahanah [60] ayat 1, diartikan dengan teman setia.

“Dalam surah at-Taubah [9] ayat 23 dimaknai dengan pelindung, dan dalam surah an-Nisa [4] diterjemahkan dengan teman-teman,” kata Muchlis.

Terjemahan Alquran Kemenag, kata Muchlis, pertama kali terbit pada 1965. Dalam perkembangannya, terjemahan ini telah mengalami dua kali proses perbaikan dan penyempurnaan, yaitu pada 1989-1990 dan 1998-2002. Proses perbaikan dan penyempurnaan itu dilakukan oleh para ulama dan ahli di bidangnya, sementara Kemenag bertindak sebagai fasilitator.

Terkait dengan penyebutan Al-Quran palsu pada informasi yang beredar di media sosial, doktor tafsir Al-Quran lulusan Universitas Al-Azhar, Mesir, ini mengatakan terjemahan Al-Quran merupakan hasil pemahaman seorang penerjemah terhadap Al-Quran. Oleh karenanya, sebagian ulama berkeberatan dengan istilah terjemahan Al-Quran. Mereka lebih senang menyebutnya dengan terjemahan makna Al-Quran.

Munculnya polemik yang menyedot perhatian masyarakat dan berpotensi menimbulkan perdebatan, Kementerian Agama menyerahkan perkara itu kepada para ulama Al-Quran untuk kembali membahas dan mendiskusikannya. Muchlis menambahkan, saat ini tim yang terdiri atas para ulama Al-Quran dan ilmu-ilmu keislaman serta pakar bahasa Indonesia dari Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang bekerja menelaah terjemahan Al-Quran dari berbagai aspeknya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka konten pesan berantai itu masuk ke dalam kategori Konten yang Menyesatkan.

Kesimpulan

Hoaks daur ulang dan sudah diklarifikasi oleh pihak Kementerian Agama pada tahun 2016. Adapun, hoaks tersebut sudah pernah dibahas dalam dua artikel periksa fakta dengan judul [SALAH] “Ide alqur’an nusantara sdh mulai direalisasikan” dan [SALAH] Al Quran terjemahan baru Al Maidah 51, “pemimpin” sudah berganti dengan “teman setia” di laman turnbackhoax.id.

Rujukan