(GFD-2021-6429) [SALAH] Pakai Masker Wajah Sebabkan Bakteri Pneumonia

Sumber: Facebook
Tanggal publish: 25/02/2021

Berita

Pengguna Facebook atas nama Donny Pate mengunggah tangkapan layar yang menyebut penggunaan masker bakal menyebabkan bakteri pneumonia.

Akun tersebut mengunggah klaim penggunaan masker wajah menyebabkan bakteri pneumonia pada 23 Februari 2021. Dia juga mengunggah gambar paru-paru berwarna oranye.

Begini narasinya:

"By wearing a mask ... you're inhaling it all back in, causing infections like bacterial pneumonia and hypoxia"

Bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi:

"Dengan memakai masker ... Anda menghirup semuanya kembali, menyebabkan infeksi seperti pneumonia bakterial dan hipoksia."

Hasil Cek Fakta

Untuk membuktikan klaim tersebut, Cek Fakta Liputan6.com menggunakan mesin pencari, Google Search. Hasil penelusuran menunjukkan ada banyak media kredibel yang membahas tentang klaim ini.

Bahkan, Cek Fakta Liputan6.com pernah membahas soal klaim penggunaan masker yang mengakibatkan hipoksia. Klaim itu bisa dilihat dalam artikel berjudul: "Cek Fakta: Tidak Benar Memakai Masker Dalam Waktu Lama Berakibat Hipoksia", yang dipublikasikan pada 2 Oktober 2020.

Artikel ini mengambil penjelasan dari Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan-Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dr. Mahatma Sotya Bawono, M.Sc, Sp.THT-KL. Dia membantah klaim mengenakan masker bisa menyebabkan keracunan gas buang pernafasan karbondioksida (CO2) dan kekurangan oksigen (O2).

"Belum ada bukti yang mendukung kalau pemakaian masker berefek negatif seperti mengakibatkan keracunan karbondioksida dan kekurangan oksigen," tegasnya.

Dia menyampaikan penggunaan masker aman bagi kesehatan telah dibuktikan oleh para tenaga kesehatan. Bahkan, dalam operasi yang berlangsung hingga bereberapa jam, belum pernah dijumpai kasus baik dokter maupun tenaga medis lainnya yang mengalami keracunan karbondioksida dan maupun kekurangan pasokan oksigen hingga linglung atau pingsan akibat sirkulasi udara yang kurang lancar karena terhalang masker.

"Kalau sampai ada nakes yang pingsan itu bukan murni karena maksernya. Perlu dilihat juga adanya faktor lain pada individu tersebut, bisa jadi kondisinya lapar dan dehidrasi sehingga tanpa pakai masker pun sudah ada risiko pingsan," papar pria yang akrab disapa Boni ini.

Kemudian, ada juga artikel yang ditulis Cek Fakta Liputan6.com pada 26 Oktober 2020 dengan judul: "Cek Fakta: Benarkah Pneumonia Bakterial Berasal dari Penggunaan Masker Secara Rutin?".

Artikel ini mengambil penjelasan dari situs National Institues of Health (NIH) dengan judul: "Bacterial Pneumonia Caused Most Deaths in 1918 Influenza Pandemic". Artikel tersebut sudah tayang pada 19 Agustus 2008.

Dari artikel tersebut, dijelaskan kalau mayoritas kematian selama pandemi influenza tahun 1918 bukan hanya karena virus influenza. Sebagian besar, kematian disebabkan oleh pneumonia bakterial setelah infeksi virus influenza.

Laporan itu dibuat dari salah satu bagian NIH, yakni para peneliti National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID).

"Besarnya bukti yang kami periksa dari analisis historis dan modern soal pandemi influenza 1918, mendukung skenario di mana kerusakan virus diikuti oleh pneumonia bakteri menyebabkan sebagian besar kematian," kata Direktur NIAID, Anthony S. Fauci.

"Intinya, virus ini mendaratkan pukulan pertama, semendara bakteri mengirimkan pukulan yang lebih mematikan," kata Fauci, yang sekarang merupakan kepata satgas covid-19 di Amerika Serikat.

Kesimpulan

Informasi yang menyebut pneumonia bakterial berasal dari penggunaan masker secara rutin adalah salah.

Faktanya, sesuai pemaparan para ahli, pneumonia bakterial merupakan penyakit komplikasi dari penyakit primer. Dan penggunaan masker sangat bagus untuk meminimalisir penularan penyakit.

Rujukan