Puisi: Allahu Akbar
Allahu Akbar!
Pekik kalian menghalilintar
Membuat makhluk-makhluk kecil tergetar
Allahu Akbar!
Allah Maha Besar
Urat-urat leher kalian membesar
Meneriakkan Allahu Akbar
Dan dengan semangat jihad
Nafsu kebencian kalian membakar
Apa saja yang kalian anggap mungkar
Allahu Akbar, Allah Maha Besar!
Seandainya 5 milyar manusia
Penghuni bumi sebesar debu ini
Sesat semua atau saleh semua
Tak sedikit pun mempengaruhi KebesaranNya
Melihat keganasan kalian aku yakin
Kalian belum pernah bertemu Ar-Rahman
Yang kasih sayangNya meliputi segalanya Bagaimana kau begitu berani mengatasnamakanNya
Ketika dengan pongah kau melibas mereka
Yang sedang mencari jalan menujuNya? Mengapa kalau mereka memang pantas masuk neraka
Tidak kalian biarkan Tuhan mereka
Yang menyiksa mereka
Kapan kalian mendapat mandat
Wewenang dariNya untuk menyiksa dan melaknat?
Allahu Akbar!
Syirik adalah dosa paling besar
Dan syirik yang paling akbar
Adalah mensekutukanNya
Dengan mempertuhankan diri sendiri
Dengan memutlakkan kebenaran sendiri.
Laa ilaaha illaLlah!
-Gus Mus-
2005
(GFD-2020-5827) [SALAH] Video “Puisi Gus Mus Allahu Akbar”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 15/12/2020
Berita
Hasil Cek Fakta
SUMBER membagikan video yang menambahkan puisi “Allahu Akbar” oleh Gus Mus sehingga menimbulkan premis atau kesimpulan yang salah.
"Puisi Abah yang ditulis tahun 2005 lalu itu sifatnya universal, tidak menyerang satu kelompok tertentu. Seperti banyak puisi Abah yang lain, intinya mengajak introspeksi. Dakwah secara halus. Kalau menggabungkan suara beliau dengan video demo FPI, itu namanya mengadu-domba.”
Unair News: “Pengritikan pada tindakan-tindakan yang terkesan lupa pada kehakikian manusia yang tak berhak menyiksa dan melaknat, terlihat jelas dalam sajak Allahuakbar. Bukankah sekalipun kita tak pernah diangkat Tuhan sebagai wakil yang boleh menghakimi orang-orang yang berbeda cara pandang? Dikaitkan dengan sajak Ada Apa Dengan Kalian, memberikan kita sinyal tentang pentingnya memisahkan pengertian kata “memaksa” dan “mengajak” ke jalan kebaikan.
Lewat Sajak Allahuakbar pula, penulis kumpulan cerpen lukisan kaligrafi ini juga ingin mengingatkan bahwa tak ada hasil tafsiran manusia yang layak mendapat predikat kebenaran sejati. Menganggap pemikiran pribadi atau golongan tertentu sebagai hukum mutlak merupakan salah satu contoh nyata tindakan penyekutuan Tuhan dengan diri sendiri. Kita pun tak perlu menyangsikan keabsahan ibadah orang yang berbeda cara ritual, sebab yang berwewenang menilai ibadah seorang hamba hanya Tuhan (Salat).”
Walisongo Institutional Repository: “Kumpulan puisi Aku Manusia merupakan sebuah antologi (kumpulan) puisi yang ditulis oleh KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus) pada tahun 2016 termasuk karya terbaru dari beliau. Di dalamnya terdiri atas 46 (empat puluh enam) puisi dengan tema Aku Manusia dan berbagai judul yang merupakan bagian dari tema besar puisi. Di sini peneliti setidaknya mencoba menganalisis 10 judul puisi dari kumpulan puisi tersebut, dengan melihat aspek isi yang disampaikan sesuai dengan fokus peneliti. Peneliti beranggapan sepuluh dari salah satu kumpulan puisi Aku Manusia ini sudah dapat mewakili tema besar puisi. Puisi-puisi tersebut adalah:
Agama
Ada Apa Dengan Kalian?
Panorama
Tahakkumi
Allahu Akbar!
Perjalanan Sang Primadona
Aku Manusia
Chairil Anwar Dan Kita
Bagaimana Aku Menirumu Oh kekasih
Orang-Orang Negeriku”.
"Puisi Abah yang ditulis tahun 2005 lalu itu sifatnya universal, tidak menyerang satu kelompok tertentu. Seperti banyak puisi Abah yang lain, intinya mengajak introspeksi. Dakwah secara halus. Kalau menggabungkan suara beliau dengan video demo FPI, itu namanya mengadu-domba.”
Unair News: “Pengritikan pada tindakan-tindakan yang terkesan lupa pada kehakikian manusia yang tak berhak menyiksa dan melaknat, terlihat jelas dalam sajak Allahuakbar. Bukankah sekalipun kita tak pernah diangkat Tuhan sebagai wakil yang boleh menghakimi orang-orang yang berbeda cara pandang? Dikaitkan dengan sajak Ada Apa Dengan Kalian, memberikan kita sinyal tentang pentingnya memisahkan pengertian kata “memaksa” dan “mengajak” ke jalan kebaikan.
Lewat Sajak Allahuakbar pula, penulis kumpulan cerpen lukisan kaligrafi ini juga ingin mengingatkan bahwa tak ada hasil tafsiran manusia yang layak mendapat predikat kebenaran sejati. Menganggap pemikiran pribadi atau golongan tertentu sebagai hukum mutlak merupakan salah satu contoh nyata tindakan penyekutuan Tuhan dengan diri sendiri. Kita pun tak perlu menyangsikan keabsahan ibadah orang yang berbeda cara ritual, sebab yang berwewenang menilai ibadah seorang hamba hanya Tuhan (Salat).”
Walisongo Institutional Repository: “Kumpulan puisi Aku Manusia merupakan sebuah antologi (kumpulan) puisi yang ditulis oleh KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus) pada tahun 2016 termasuk karya terbaru dari beliau. Di dalamnya terdiri atas 46 (empat puluh enam) puisi dengan tema Aku Manusia dan berbagai judul yang merupakan bagian dari tema besar puisi. Di sini peneliti setidaknya mencoba menganalisis 10 judul puisi dari kumpulan puisi tersebut, dengan melihat aspek isi yang disampaikan sesuai dengan fokus peneliti. Peneliti beranggapan sepuluh dari salah satu kumpulan puisi Aku Manusia ini sudah dapat mewakili tema besar puisi. Puisi-puisi tersebut adalah:
Agama
Ada Apa Dengan Kalian?
Panorama
Tahakkumi
Allahu Akbar!
Perjalanan Sang Primadona
Aku Manusia
Chairil Anwar Dan Kita
Bagaimana Aku Menirumu Oh kekasih
Orang-Orang Negeriku”.
Kesimpulan
Puisi yang ditambahkan di video ditulis TIDAK untuk menyerang kelompok tertentu. Bersifat universal, ajakan untuk introspeksi.
Rujukan
- httpfirstdraftnews.org: “Berita palsu. Ini rumit.”
- http://bit.ly/2MxVN7S (Google Translate),
- http://bit.ly/2rhTadC. Ienas Tsuroiya @ twitter.com,
- https://bit.ly/3gLnR3D /
- https://archive.md/8EijP (arsip cadangan). news.unair.ac.id: “Berkelana Dalam Perenungan Gus Mus”
- https://bit.ly/384Qt3B /
- https://archive.md/KdynR (arsip cadangan). Walisongo Institutional Repository: “BAB III, BIOGRAFI SINGKAT KH. A. MUSTOFA BISRI DAN ISI, BUKU KUMPULAN PUISI “AKU MANUSIA”
- https://bit.ly/3gL2AXw /
- https://archive.md/Gt7c4 (arsip cadangan).