(GFD-2019-3466) [KLARIFIKASI] “Nestapa Lombok blm Berakhir laut mulai Retak2 Sudah”

Sumber: Sosial Media
Tanggal publish: 27/12/2019

Berita

BMKG telah membantah bahwa klaim mengenai gempa Lombok yang akan memicu aktifnya gempa megathrust Selatan Jawa – Selat Sunda itu adalah hoaks pada 2 Agustus 2018. Selain itu, pada November 2018, salah satu pelaku penyebar hoaks foto lautan retak dan potensi gempa besar di Jawa ditangkap oleh Polres Tegal Kota.

Akun Muhammad Alexander Zen (fb.com/silvestre.stalone.7186) mengunggah sebuah gambar dengan kalimat awal

“Nestapa Lombok blm Berakhir laut mulai Retak2 Sudah..
Buat yg lg d pulau Jawa atau ada keluarga d pulau Jawa..”

Selain itu, sumber juga menyertakan tautan video dari kanal Youtube milik BeritaSatu yang berjudul “Lempeng Jawa Terus Bergerak, LIPI Ingatkan Potensi Gempa” yang diunggah pada 24 Januari 2018.

Narasi diakhir dengan kalimat : “Kirim kepada 3 group saja. Lihat apakah anda mempunyai waktu untuk ALLAH atau tidak???”

Hasil Cek Fakta

PENJELASAN

Berdasarkan hasil penelurusan terhadap narasi dan foto yang diunggah oleh sumber, faktanya klaim tersebut pernah dibantah oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 2 Agustus 2018 melalui situs resminya.

BMKG menegaskan isu mengenai gempa Lombok yang akan memicu aktifnya gempa megathrust Selatan Jawa – Selat Sunda adalah kabar bohong (hoax). Kedua gempa tersebut dinilai memiliki sumber gempa yang berbeda dengan jarak yang sangat jauh.

“Itu Hoax, jangan percaya. Tidak benar kalau gempa Lombok akan memicu gempa megathrust Selatan Jawa. Video yang banyak beredar merupakan video lama dan tidak ada hubungannya dengan gempa Lombok,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Kamis (2/82018).

Dwikorita menerangkan, gempa Lombok merupakan gempa yang mempunyai aktifitas yang berbeda dengan gempa Megathrust. Gempa Lombok dibangkitkan oleh patahan aktif, sedangkan gempa Megathrust dibangkitkan oleh aktifitas tumbukan lempeng di zona subduksi.

Menurut Dwikorita, kabar bohong tersebut sengaja dihembuskan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menciptakan kepanikan di masyarakat. Hingga saat ini, kata dia, belum ada cara ataupun teknologi untuk memprediksi secara tepat kapan, dimana, dan berapa kekuatan gempa yang akan terjadi.

“Potensi gempa kuat di zona megathrust selatan Jawa Barat – Selat Sunda seperti halnya zona Megathust Mentawai adalah hasil kajian yang siapapun tidak tau kapan terjadinya,” tuturnya.

Lebih lanjut, Dwikorita menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mempercayai kabar bohong yang banyak beredar lewat media sosial. BMKG sendiri, tambah dia, terus mengupdate prakiraan cuaca, maritim, penerbangan, iklim, kualitas udara, gempabumi, dan tsunami selama 24 jam penuh.

BMKG juga menyayangkan adanya berita yang memelintir informasi yang disampaikan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) perihal potensi gempa besar di Pulau Jawa.

“Setelah kami (BMKG-red) cek, ini adalah berita lama dan disebarkan ulang. Yang disayangkan, ada pihak yang mengemas dan membumbui pesan ilmiah tersebut sehingga diinterpretasikan sebagai ramalan. Perlu kami tegaskan kembali bahwa hingga saat ini belum ada satupun teknologi yang mampu memprediksi gempabumi secara presisi mengenai kapan dan berapa kekuatannya,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, di Jakarta, Senin (13/82018).

Dwikorita mengatakan, tidak ada yang salah dengan imbauan LIPI agar masyarakat tetap waspada terhadap peluang terjadinya bencana gempabumi di Indonesia setiap saat. Hal ini karena Indonesia terletak berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur. Akan tetapi, lanjut dia, penjelasan kapan dan dimana tempatnya secara lebih rinci masih tanda tanya besar.

“Indonesia adalah satu dari sedikit negara di dunia yang sepenuhnya terletak di dalam kawasan “cincin api” sehingga bencana bisa terjadi sewaktu-waktu. Fakta inilah yang perlu dipahami oleh masyarakat Indonesia,” imbuhnya.

Menurut Dwikorita, yang paling penting saat ini adalah bagaimana kita membangun harmoni hidup bersama dengan gempabumi melalui mitigasi bencana untuk meningkatkan perlindungan dan pertolongan mandiri dalam menghadapi bencana. Daripada, kata dia, larut dalam diskusi, perhitungan, ramalan, dan perkiraan mengenai kapan lagi gempabumi akan terjadi.

“Gempa bisa terjadi sewaktu-waktu, kapanpun dan dimanapun. Namun kita berupaya jangan sampai ada korban, dengan cara tidak panik dan paham apa yg harus disiapkan sebelum, saat, dan setelah gempabumi,” terangnya.

Terkait informasi hoaks yang muncul dan viral di medsos, Dwikorita mengatakan sudah sepatutnya para netizen dapat menyaring secara bijak aneka kabar berupa teks, foto dan video yang begitu gampang diakses publik.

“Perlu proses saring sebelum sharing sehingga (informasi hoaks) tidak menjadi viral. Jangan membuat masyarakat resah dengan kabar yang dapat menyesatkan,” tuturnya.

“Kami mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak mudah percaya informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan “tergoda” dengan ramalan-ramalan atau prediksi. Pastikan informasi terkait gempabumi bersumber dari BMKG. Silahkan akses info BMKG melalui website maupun media sosial bukan yang lain. Kami terus memantau selama 24 jam,” tambah dia.

Sementara itu, pada 15 November 2018, Polres Tegal Kota mengamankan Dian Purwanto, warga Kelurahan Keturen Kecamatan Tegal Selatan. Gara-gara menyebarkan informasi tentang gempa dahsyat yang cukup membuat banyak orang resah melalui facebook, pemuda 25 tahun itu kini harus meringkuk di sel tahanan Mapolres Tegal Kota. Diketahui, melalui postingannya di FB, dia membuat status soal gempa tak lama setelah musibah gempa bumi di Lombok.

Kapolres Tegal Kota AKBP Jon Wesly Arianto menyatakan, dalam informasi bohong yang dibagikan, tersangka menggunakan pernyataan dari hasil wawancara satu stasiun televisi swasta dengan peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

“Namun dalam postingan itu, dia melintir informasi tersebut sehingga menimbulkan kegaduhan dan keresahan di masyarakat,” kata Jon.

Tersangka menulis di akun tersebut tentang ‘nestapa Lombok belum berakhir’. Laut mulai retak-retak sudah. Buat yang lagi di pulau Jawa atau ada keluarga di pulau Jawa. Perbanyak doa dan tetap waspada’.

Dalam postingannya, pelaku juga menuliskan ‘LIPI mewaspadai akan terjadinya gempa dengan kekuatan skala besar khususnya di Pulau Jawa beberapa waktu ke depan’.

”Termasuk diantaranya, dia (pelaku) juga menambahkan tulisan angka-angka yang saling dihubungkan dengan ayat-ayat suci,” jelasnya.

Sementara, pengungkapan kasus ini bermula ketika ada patroli siber oleh anggotanya. Setelah ditelusuri, akhirnya tim menangkap tersangka di rumahnya di Keturen Tegal Selatan.

”Dian Purwanto kami amankan pada Kamis (15/11). Dan atas tindakannya itu, pelaku terbukti melanggar perbuatan yang dilarang dan dijerat Pasal 15 UU 1946 tentang hukum pidana,” jelas Jon.

Disebutkan, barang siapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau yang tidak lengkap, sedangkan dia mengerti kabar tersebut akan menimbulkan keonaran di masyarakat diancam dengan hukuman penjara maksimal 2 tahun.

”Karenanya, kepada masyarakat yang suka memposting di medsos, agar berhati-hati. Saring dulu sebelum di share,” bebernya.

Sementara tersangka Dian mengaku bahwa dirinya memperoleh informasi itu dari akun Facebook lain.

“Saya dapat itu hasil copy-paste dari akun lain yang muncul di beranda Facebook. Selanjutnya, saya copy paste dan diunggah di postingan FB saya,” akunya.

Atas postingannya itu, Dian juga mengaku tidak tahu bahwa tindakannya itu melawan hukum.

“Baru sekali ini saya melakukannya. Dan saya menyesal sekali,” pungkasnya.

Rujukan