(GFD-2025-30459) Keliru: Medan Dilanda Puting Beliung 9.000 km/jam pada 29 November 2025

Sumber:
Tanggal publish: 02/12/2025

Berita

SEBUAH video yang memperlihatkan puting beliung menimpa pemukiman warga, diunggah di media sosial X [arsip] pada 30 November 2025. Angin puting beliung itu disebut terjadi di Medan dengan kecepatan 9.000 km/jam pada 29 November 2025. 

Video tersebut memperlihatkan angin yang berputar di atas langit. Pengunggah menimpa video dengan teks: “Medan Sumatera dilanda puting beliung awal pagi tadi, bergerak ke arah Sibolga, dengan kelajuan 9000 Km sejam. Hujan mulai lebat dan tiupan angin semakin kuat”



Namun, benarkah video itu adalah peristiwa angin puting beliung dengan kecepatan 9.000 km/jam di Medan?

Hasil Cek Fakta

Tempo memverifikasi klaim itu dengan pencarian gambar terbalik, sumber data terbuka, dan pemberitaan media kredibel. Hasilnya, tidak ada peristiwa angin puting beliung berkecepatan angin 9.000 km/jam di Medan.



Video yang diklaim sebagai badai di Medan tersebut identik dengan unggahan akun TikTok @ibushanum14 pada 16 November 2025. Dalam video aslinya, pengunggah memberikan keterangan bahwa peristiwa angin puting beliung itu terjadi di Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat.

Selain itu, berdasarkan data di Portal Informasi Kejadian Cuaca Ekstrem BMKG juga tidak merekam adanya puting beliung pada di Sumatera Utara pada November 2025. Peristiwa puting beliung, dua angin kencang, dan empat hujan lebat seluruhnya tercatat terjadi di Jawa Barat.



Siklon Tropis Senyar yang melanda Aceh dan Sumatera Utara

Narasi mengenai puting beliung tersebut beredar di saat wilayah Sumatera Utara menghadapi cuaca ekstrem akibat Siklon Tropis Senyar. Sebagaimana diberitakan Tempo, badai ini bermula dari bibit siklon 95B di perairan timur Aceh atau Selat Malaka yang kemudian berevolusi menjadi siklon tropis pada 26 November 2025. 

Pusaran anginnya menyebabkan hujan berintensitas sangat lebat atau ekstrem. Juga menyebabkan angin kencang di wilayah Aceh dan Sumatera Utara. 

Namun, data meteorologi mencatat kekuatan angin badai ini jauh di bawah 9 ribu km/jam. Kecepatan maksimum Siklon Senyar mencapai 43 knot setara dengan 80 kilometer per jam dengan tekanan udara minimum 998 hPa. 

Fenomena ini disebut langka karena terbentuk di dekat garis khatulistiwa. Kondisi tersebut diperburuk dengan deforestasi.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG, Teuku Faisal Fathani mengatakan siklon tropis Senyar yang menyebabkan bencana banjir di Sumatera disebabkan oleh anomali cuaca. Indonesia, kata dia, sebetulnya bukan daerah rawan bahaya siklon. Umumnya siklon terjadi di utara atau perairan Pasifik sebelah barat. 

“Tapi ternyata terjadi anomali karena anomali atmosfer. Sehingga terbentuklah yang kita kenal dengan Siklon Senyar di Selat Malaka,” kata Teuku saat rapat koordinasi lintas kementerian di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Senin, 1 Desember 2025.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelusuran Tempo, klaim bahwa ada angin puting beliung dengan kecepatan 9.000 km/jam di Medan pada 29 November 2025 adalah keliru.

Video tersebut merupakan rekaman peristiwa di Kota Banjar, Jawa Barat pada pertengahan November 2025. Adapun kondisi cuaca ekstrem di Medan sebenarnya disebabkan oleh Siklon Tropis Senyar dengan kecepatan angin maksimum 80 km/jam, bukan 9.000 km/jam.

Rujukan