(GFD-2025-30267) Keliru: Eropa Kacau setelah Indonesia Stop Ekspor Bahan Makanan

Sumber:
Tanggal publish: 24/11/2025

Berita

VIDEO yang mengklaim Eropa mengalami kekacauan setelah Indonesia menghentikan ekspor bahan makanan ke benua itu beredar di TikTok [arsip]. Dalam video, tampak deretan toko di Paris yang kosong karena disebut kehabisan pasokan serta gambar aktivitas di pelabuhan peti kemas. Indonesia disebut menghentikan ekspor ke Eropa dan mengalihkan pengiriman ke Timur Tengah dan Afrika.



Artikel ini akan memeriksa dua klaim utama. Pertama, apakah Indonesia menghentikan ekspor ke Eropa? Kedua, apakah video tersebut memperlihatkan kekacauan di Eropa karena kekosongan stok makanan?

Hasil Cek Fakta

Tempo menelusuri video itu dengan membandingkan kontennya pada informasi dari sumber kredibel serta menganalisis visualnya memakai alat deteksi akal imitasi. Hasilnya, Indonesia tetap mengekspor berbagai komoditas ke Eropa meski tidak seluruhnya bahan makanan. Bagian visual yang diklaim menggambarkan kekacauan di Eropa ternyata sebagian dibuat dengan akal imitasi.

Ekonom Universitas Airlangga (Unair) Prof. Rossanto Dwi Handoyo, SE., M.Si., Ph.D, mengatakan, tidak ada penghentian ekspor bahan makanan Indonesia ke Eropa kecuali nikel dan minyak kelapa sawit (CPO).

Namun pembatasan itu tidak membuat Eropa mengalami krisis atau kerusuhan karena kebutuhan minyak sawit dapat digantikan jenis minyak lain, seperti minyak biji bunga matahari, minyak jagung, dan minyak zaitun atau olive oil. 

“Tidak ada kekacauan di Eropa meski harga CPO Indonesia jauh lebih murah” kata Rossanto pada Tempo, Jumat, 21 November 2025.

Pada 2018, Uni Eropa memberlakukan kebijakan RED II yang melarang penggunaan minyak sawit sebagai bahan biofuel. Kebijakan Uni Eropa itu dinilai dapat menurunkan ekspor minyak sawit Indonesia ke pasar Uni Eropa. 

Kemudian pada 2022, Uni Eropa menyetujui undang-undang baru untuk mencegah perusahaan menjual kopi, minyak sawit, kedelai dan komoditas lain yang terkait dengan deforestasi ke pasar mereka. Indonesia termasuk negara yang terkena dampak aturan baru itu bersama Brasil dan Kolombia.

Dampak kebijakan itu, ekspor minyak sawit mentah dan olahan Indonesia ke Uni Eropa (UE) terus mengalami penurunan sejak tahun 2018. Pada 2018, ekspor minyak sawit Indonesia ke UE mencapai 5,7 juta ton. Ekspor kembali turun pada tahun 2023 dan 2024, masing-masing 4,1 juta ton dan 3,3 juta ton saja.

Menurut ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM UI) Teuku Riefky, hubungan dagang Indonesia-Uni Eropa saat ini akan semakin terbuka.

Sebab setelah hampir 10 tahun negosiasi, Indonesia dan Uni Eropa (UE) akhirnya sepakat menandatangani Indonesia–EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) alias perdagangan bebas pada 23 September 2025 di Bali. Perjanjian yang berlaku efektif pada 2027 ini membuat 95 persen produk ekspor Indonesia mendapat bebas tarif masuk ke negara-negara Uni Eropa.

“Perjanjian tersebut justru akan membuka keran perdagangan lebih luas dengan Eropa,” kata Riefky pada Tempo, Kamis, 20 November 2025.

Perdagangan Indonesia dengan EU tercatat surplus pada beberapa tahun terakhir, sebagaimana ditulis Tempo. Dalam empat bulan pertama tahun 2025, surplus mencapai 2,33 miliar dollar Amerika. Nilia itu lebih besar dari periode yang sama tahun 2024 sebesar 1,75 miliar dollar Amerika. 

Berdasarkan nilai transaksi ekspor, Uni Eropa menjadi mitra dagang terbesar kelima untuk Indonesia. Sementara bagi Uni Eropa, Indonesia sebagai mitra dagang global di urutan ke-33. Meski tren ekspor minyak sawit turun, namun masih mencatatkan sebagai salah satu komoditas unggulan Indonesia ke Uni Eropa.  



Video yang beredar pada menit ke-2:20, memperlihatkan sebuah botol di dalam toko yang dibandrol dengan 1.5 dolar Amerika. Padahal, mata uang resmi di 20 negara anggota Uni Eropa adalah Euro, termasuk di Prancis, sebagaimana foto dari Flickr.com.

Sementara pada detik ke-27, video memperlihatkan rak toko dengan latar belakang Menara Eiffel. Gambar rak toko tersebut memiliki kejanggalan karena tak memiliki atap sehingga menara di belakangnya terlihat.



Pemindaian menggunakan Was It AI dan AI or NOT menyatakan bahwa bagian tersebut menggunakan AI dengan kemungkinan sebesar 79 persen.

Sementara, pada menit ke-4:10, video yang menampilkan suasana rapat. Namun, Was It AI juga melabelinya sebagai konten AI. Demikian juga AI or NOT dengan skor probabilitas mencapai 99 persen.



Kemudian pada menit ke-4:52, menunjukkan gambar pengibaran bendera merah putih. Dua alat deteksi,  Was It AI dan AI or NOT mendapatkan 98 persen kemungkinan gambar itu mengandung komponen AI.

Kesimpulan

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim Eropa mengalami kekacauan setelah Indonesia menghentikan ekspor bahan makanan ke benua itu adalah klaim keliru.

Rujukan