KOMPAS.com - Di media sosial tersiar seruan untuk melakukan tarik tunai atau mengambil semua uang yang tersimpan di bank-bank Indonesia pada Agustus 2025.
Pengguna media sosial menyebutkan, situasi di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Sehingga para migran diminta untuk memindahkan semua uang di bank luar negeri.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar dan merupakan bentuk provokasi.
Seruan untuk menarik semua uang dari bank-bank di Indonesia disebarkan oleh akun TikTok ini, ini, dan ini.
Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada 1 Agustus 2025:
Tarik semua Uang mu di BANK INDONESIA para PAHWALAN DEVISA jangan simpat sepeser punSimpan uangmu di BANK LUAR NEGERI tempat kamu bekerja
Karena indonesia sedangTidak baik-baik saja...
akun TikTok Tangkapan layar seruan provokatif di sebuah akun TikTok untuk menarik semua yang dari bank-bank di Indonesia pada Agustus 2025.
(GFD-2025-28802) [KLARIFIKASI] Seruan untuk Tarik Semua Uang di Bank adalah Provokasi
Sumber:Tanggal publish: 01/09/2025
Berita
Hasil Cek Fakta
Ajakan tarik tunai semua uang di bank beredar sejak awal Agustus 2025.
Narasi serupa ditemukan di akun TikTok ini pada 1 Agustus, yang mengaitkan dengan peluncuran sistem Payment ID yang yang dirancang Bank Indonesia.
Dikutip dari pewartaan Kompas.com, sistem Payment ID sempat menjadi sorotan karena dikhawatirkan akan digunakan pemerintah untuk "memata-matai" transaksi nasabah.
Kendati demikian, Bank Indonesia memastikan bahwa peluncuran Payment ID batal diluncurkan pada 17 Agustus 2025.
Ajakan tarik tunai disebarkan ulang oleh pengguna media sosial, hingga dikaitkan dengan gelombang aksi unjuk rasa sebagai bentuk kekecewaan terhadap kinerja DPR RI dan Polri.
Lantas, beredar kekhawatiran bahwa kerusuhan di sejumlah kota-kota besar berakhir seperti Peristiwa Mei 1998.
Menurut Direktur Eksekutif CELIOS Bhima Yudhistira, ajakan menarik semua uang dari bank-bank di Indonesia berisiko merugikan negara hingga masyarakat kecil.
"Ajakan rush di bank merugikan ekonomi dan menggerus kepercayaan terhadap stabilitas sektor keuangan," kata Bhima saat dihubungi Kompas.com, Senin (1/9/2025).
Ia meyakini ada pihak-pihak yang ingin stabilitas keuangan terganggu.
"Kalau dibiarkan, seruan tidak bertanggung jawab itu, bisa rush sampai bank-bank yang paling kecil. Kepanikan 98 jangan sampai terulang," pungkasnya.
Rush money merupakan penarikan uang oleh nasabah secara serentak dalam jumlah besar.
Pihak paling terdampak dari rush money adalah masyarakat kelas menengah ke bawah. Mereka akan mengalami kesulitan akses terhadap uang tunai.
Aktivitas ekonomi di tingkat usaha kecil dan menengah (UMKM) juga akan terhambat karena tidak dapat melakukan transaksi perbankan.
"Orang kaya bisa dengan mudah memindahkan aset keuangannya ke luar negeri, bagaimana dengan masyarakat kecil dan UMKM yang butuh transaksi perbankan," ujar Bhima.
Narasi serupa ditemukan di akun TikTok ini pada 1 Agustus, yang mengaitkan dengan peluncuran sistem Payment ID yang yang dirancang Bank Indonesia.
Dikutip dari pewartaan Kompas.com, sistem Payment ID sempat menjadi sorotan karena dikhawatirkan akan digunakan pemerintah untuk "memata-matai" transaksi nasabah.
Kendati demikian, Bank Indonesia memastikan bahwa peluncuran Payment ID batal diluncurkan pada 17 Agustus 2025.
Ajakan tarik tunai disebarkan ulang oleh pengguna media sosial, hingga dikaitkan dengan gelombang aksi unjuk rasa sebagai bentuk kekecewaan terhadap kinerja DPR RI dan Polri.
Lantas, beredar kekhawatiran bahwa kerusuhan di sejumlah kota-kota besar berakhir seperti Peristiwa Mei 1998.
Menurut Direktur Eksekutif CELIOS Bhima Yudhistira, ajakan menarik semua uang dari bank-bank di Indonesia berisiko merugikan negara hingga masyarakat kecil.
"Ajakan rush di bank merugikan ekonomi dan menggerus kepercayaan terhadap stabilitas sektor keuangan," kata Bhima saat dihubungi Kompas.com, Senin (1/9/2025).
Ia meyakini ada pihak-pihak yang ingin stabilitas keuangan terganggu.
"Kalau dibiarkan, seruan tidak bertanggung jawab itu, bisa rush sampai bank-bank yang paling kecil. Kepanikan 98 jangan sampai terulang," pungkasnya.
Rush money merupakan penarikan uang oleh nasabah secara serentak dalam jumlah besar.
Pihak paling terdampak dari rush money adalah masyarakat kelas menengah ke bawah. Mereka akan mengalami kesulitan akses terhadap uang tunai.
Aktivitas ekonomi di tingkat usaha kecil dan menengah (UMKM) juga akan terhambat karena tidak dapat melakukan transaksi perbankan.
"Orang kaya bisa dengan mudah memindahkan aset keuangannya ke luar negeri, bagaimana dengan masyarakat kecil dan UMKM yang butuh transaksi perbankan," ujar Bhima.
Kesimpulan
Seruan untuk menarik semua uang dari bank-bank di Indonesia pada Agustus 2025 merupakan narasi provokatif.
Unggahan di media sosial merespons rencana pemerintah menerbitkan Payment ID disebarkan ulang dan dikaitkan dengan gelombang aksi yang berlangsung pada akhir Agustus.
Penarikan uang secara serentak dan besar-besaran atau rush money justru berisiko pada stabilitas ekonomi, baik negara maupun masyarakat kecil.
Unggahan di media sosial merespons rencana pemerintah menerbitkan Payment ID disebarkan ulang dan dikaitkan dengan gelombang aksi yang berlangsung pada akhir Agustus.
Penarikan uang secara serentak dan besar-besaran atau rush money justru berisiko pada stabilitas ekonomi, baik negara maupun masyarakat kecil.
Rujukan
- https://www.tiktok.com/@story.orang.67/video/7533426376767016210?_r=1&_t=ZS-8zKGJHLw085
- https://www.tiktok.com/@keysihdedy/video/7533221523738430725
- https://www.tiktok.com/@ptbsm.pati/video/7535701841758211346
- https://www.tiktok.com/@kamu_milk_ku/video/7533410297390828808?is_from_webapp=1&sender_device=pc&web_id=7182753080588600834
- https://www.kompas.com/tren/read/2025/08/13/120000265/payment-id-bank-indonesia-batal-diluncurkan-17-agustus-2025-kapan-mulai?page=all#google_vignette
- https://app.kompas.com/download?source=Kompas.com&medium=Referral&campaign=belowarticle