(GFD-2025-28536) [SALAH] HIV Tidak Berbahaya, ARV Hanya Propaganda

Sumber: facebook.com
Tanggal publish: 20/08/2025

Berita

Akun Facebook “Pakdhe Indro” pada Minggu (24/7/2025) membagikan informasi [arsip] sebagai berikut:

“KEBODOHAN HIV

Kenapa disebut bodoh ?

Karena percaya hal yg tidak masuk akal”.

Jika memang HIV BERBAHAYA.

Maka semua manusia yg terinfeksi Lentivirus Retroviridae pada sel CD4 akan mati dalam 2 minggu, dengan gejala demam & keluar keringat darah.

TIDAK ADA VIRUS YANG BERTAHAN TANPA TERDEKSI DALAM TUBUH MANUSIA HINGGA 12 TAHUN

Apalagi tanpa gejala.

Apalagi tanpa pemahaman tentang IMUNOLOGI rapid test & EVALUASI primer PCR untuk deteksi Viral load.

Hanya para manusia bodoh yg secara sukarela PATUH pada PROPAGANDA DAGANG ARV.

Hingga Rabu (20/8/2025) unggahan tersebut telah disukai hampir 800 akun dan dibagikan ulang 36 kali.

Hasil Cek Fakta

Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) memasukkan kata kunci “HIV tidak berbahaya karena virus tidak bisa bertahan 12 tahun tanpa gejala” ke mesin pencari Google. Hasilnya mengarah ke sejumlah artikel dan publikasi medis yang membantah klaim tersebut, antara lain:

alodokter.com “Pahami Masa Inkubasi HIV dalam Tubuh” yang terakhir diperbarui pada Selasa (18/3/2025),
who.int “HIV and AIDS” tayang pada Selasa (15/7/2025), dan
unaids.org “Global HIV & AIDS statistics — Fact sheet” tayang pada Kamis (10/7/2025).
Dalam sumber-sumber tersebut dijelaskan bahwa HIV merupakan lentivirus yang memang memiliki sifat perkembangan lambat (slow-progressing virus). Setelah seseorang terinfeksi, virus ini memasuki sel imun CD4 dan dapat bersembunyi dalam keadaan laten sambil tetap merusak sistem kekebalan tubuh secara perlahan.

Fase awal infeksi biasanya memunculkan gejala ringan seperti demam, ruam, dan nyeri tenggorokan dalam 2–6 minggu. Setelah itu, penderita memasuki fase laten (fase tidur) klinis yang bisa berlangsung bertahun-tahun tanpa gejala jelas. Namun, pada fase tersebut virus tetap aktif menggandakan diri dan mengurangi jumlah sel CD4. Tanpa terapi antiretroviral (ARV), sebagian besar penderita akan memasuki fase AIDS dalam 8–10 tahun.

TurnBackHoax lalu memasukkan kata kunci “virus that is able to survive for years without symptoms” ke mesin pencari Google Scholar. Diketahui, beberapa virus lain seperti herpes simplex, varicella zoster, hepatitis B, hepatitis C, dan HPV dapat bertahan bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup dalam tubuh manusia tanpa gejala. Informasi tersebut dijelaskan di jurnal-jurnal berikut:

Steiner et al., Journal of Virology (1998) “Latent Herpes Simplex Virus Type 1 Transcription in Human Trigeminal Ganglia”. Penelitian di jurnal ini menyimpulkan bahwa meskipun orang yang pernah terinfeksi herpes simplex tipe 1 ini sedang tidak sakit, virusnya masih ada di dalam self saraf dalam keadaan tidur atau laten selama bertahun-tahun tanpa gejala.
Kennedy et al., Viruses (2021) “Recent Issues in Varicella-Zoster Virus Latency”. Jurnal ini menegaskan bahwa virus cacar air menetap di tubuh seumur hidup dan reaktivasi bisa dipicu oleh usia lanjut atau penurunan daya tahan tubuh.
Michalak et al., Hepatolopubmed.ncbi.nlm.nih.govgy (1994) “Hepatitis B virus persistence after recovery from acute viral hepatitis”. Penelitian di jurnal ini menyimpulkan bahwa DNA hepatitis B masih bisa dideteksi dalam darah bahkan setelah bertahun-tahun sembuh dan hasil tes orang tersebut normal.
Lingala & Ghany, Clinics in Liver Disease (2015) “NATURAL HISTORY OF HEPATITIS C”. Penelitian ini menjelaskan bahwa hepatitis C bisa bertahan bertahun-tahun tanpa gejala, tapi perlahan merusak hati, dan risiko kerusakan ini meningkat jika tidak diobati.
Kjær et al., Journal of the National Cancer Institute (2010) “Long-term Absolute Risk of Cervical Intraepithelial Neoplasia Grade 3 or Worse Following Human Papillomavirus Infection: Role of Persistence”. Penelitian di jurnal ini menyimpulkan bahwa HPV tertentu bisa bertahan bertahun-tahun. Meski tidak menimbulkan gejala, virus yang bertahan lama meningkatkan risiko kanker serviks.

Penelusuran berlanjut dengan memasukkan kata kunci “manfaat ARV” ke mesin pencari Google. Hasilnya, pengobatan ARV terbukti secara medis mampu mencegah kerusakan sistem imun, menurunkan risiko penularan hingga nol, dan memperpanjang angka harapan hidup penderita. Fakta itu dijelaskan di beberapa artikel berikut:

unaids.org “Public health and HIV viral load suppression” tayang pada 2017,
who.int “The role of HIV viral suppression in improving individual health and reducing transmission” tayang pada Sabtu (22/7/2023), dan
who.int “Global HIV Programme”.

Kesimpulan

Unggahan berisi klaim “HIV tidak berbahaya, ARV hanya propaganda” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).

Rujukan