(GFD-2025-28519) Keliru: Video Vladimir Putin Minta Malaysia Tak Rebut Blok Ambalat dari Indonesia

Sumber:
Tanggal publish: 19/08/2025

Berita

SEBUAH video beredar di TikTok [arsip] berisi rekaman Presiden Rusia Vladimir Putin dengan sejumlah alat tempur. Konten itu memuat klaim, Putin memberi peringatan ke Malaysia agar tidak merebut Blok Ambalat dari Indonesia. 

Video itu memperlihatkan Putin saat berpidato dan kolase foto senjata rudal. Narasi konten juga menyebut nama Raja.S.H.Oji di Indonesia yang dapat mengaktifkan senjata nuklir.



Namun, benarkah video tersebut saat Putin memberi peringatan terhadap Malaysia?

Hasil Cek Fakta

Hasil verifikasi Tempo menunjukkan, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak pernah mengeluarkan peringatan kepada Malaysia soal Blok Ambalat. Hasil itu diperoleh setelah Tempo memverifikasi konten dengan pencarian gambar terbalik Google dan Yandex, serta pemberitaan dari media kredibel.  

Selain itu, nama Raja.S.H.Oji yang disebut bagian dari keluarga Kerajaan Arab Saudi tidak terbukti. Nama tersebut tidak ada dalam silsilah keturunan keluarga raja Arab sebagaimana dijelaskan laman Keluarga Kerajaan Arab.



Potongan video Presiden Rusia Vladimir Putin yang berbicara di sebuah forum, sesungguhnya terjadi saat acara “60 Minutes" di saluran TV Rossiya-1 pada 25 Oktober 2024. Foto yang sama pernah dipublikasikan sebagaimana diberitakan situs media Rusia, Tass.

Putin melayani wawancara mengenai kemungkinan tercapainya kesepakatan gencatan perang antara Rusia dan Ukraina. Putin saat itu mengatakan, terlalu dini untuk mencapai kesepakatan damai dengan Ukraina karena belum ada pembicaraan rinci antar pemerintah kedua negara.



Pada detik ke-13, frame memperlihatkan roket berwarna dasar putih. Roket bernama Angara-A5 itu adalah milik Rusia yang mampu membawa muatan ke luar angkasa. Kecanggihan roket ini pernah dijelaskan oleh situs berita Rusia, Topwar.ru.

Konteks gambar tersebut adalah saat roket itu sedang dipindahkan dari lokasi produksi ke fasilitas landasan peluncuran, akhir September 2025. Gambar tak berkaitan dengan Indonesia, Malaysia, ataupun seseorang bernama Raja. S.H. Oji, seperti disebut dalam konten.



Foto berikutnya yang memperlihatkan rudal berwarna hijau, adalah sistem rudal balistik antarbenua Yars Rusia. Rudal tersebut dipamerkan dalam parade latihan militer untuk memperingati  kemenangan Rusia atas Nazi Jerman saat Perang Dunia Kedua. Parade tersebut terjadi Moskow, Rusia, 5 Mei 2024. Tempo pernah mengulas mengenai parade tersebut, termasuk mempublikasikan foto yang identik.



Demikian juga mengenai foto iring-iringan kendaraan tempur yang membawa roket hijau, bagian dari parade rudal nuklir di Lapangan Merah, Moskow, pada tanggal 5 Mei 2008. Foto tersebut pernah dipublikasikan oleh agensi foto, iStockphoto.



Frame berikutnya, menampilkan Putin berjabat tangan dengan Pangeran Arab Muhammad bin Salman (MBS). Situs Alarabiya menyebut, pertemuan tersebut terjadi di Rusia pada 18 Juni 2015.

Pertemuan tersebut tidak membahas sengketa Blok Ambalat antara Malaysia dan Indonesia. Mereka sesungguhnya bertemu untuk membicarakan kerjasama investasi antara Dana Investasi Publik Saudi (PIF) dan Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) senilai 10 miliar USD.



Kemudian pada detik ke-18, video pertemuan Putin dengan Pangeran Arab Muhammad bin Salman.  Foto aslinya pernah diunggah situs berita Turki, Anadolu Agency.  

Penyelesaian Sengketa Blok Ambalat 

Sengketa Ambalat terjadi karena klaim tumpang tindih antara Indonesia dan Malaysia atas sebuah blok di Laut Sulawesi yang diyakini memiliki cadangan minyak dan gas yang signifikan. Wilayah ini terletak di dekat batas maritim antara Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia, dan Negara Bagian Sabah, Malaysia.

Sebelumnya, Indonesia menegaskan bahwa wilayah Ambalat telah menjadi bagian dari kedaulatannya sejak 1980, klaim ini mengacu pada Deklarasi Djuanda 1957 sebagai dasar hukum. Namun, Malaysia baru-baru ini mengklasifikasikan ulang wilayah tersebut dengan penamaan ND6 dan ND7 dalam zonasi maritimnya.

Klaim Malaysia mengacu pada putusan Mahkamah Internasional (ICJ) pada 2002 yang memberikan Pulau Sipadan dan Ligitan yang sebelumnya dipersengketakan kedua negara kepada Malaysia. Merujuk putusan ICJ tersebut dan peta 1979, Malaysia berpandangan bahwa Blok Ambalat masuk dalam batas maritimnya.

Namun, peta 1979 telah memicu keberatan dari negara-negara kawasan. Beberapa negara ASEAN, termasuk Filipina, Singapura, dan Brunei, melayangkan protes keras terhadap peta tersebut karena tumpang tindih dengan klaim wilayah mereka sendiri. Selain itu, Cina juga menyampaikan kekhawatiran. Posisi Malaysia didasarkan pada kelanjutan landas kontinen yang mengarah ke Pulau Karang Unarang.

Penyelesaian sengketa tersebut tidak melibatkan Rusia. Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim sepakat untuk menyelesaikan sengketa perbatasan dan secara bersama-sama mengelola Blok Ambalat dalam pertemuan bilateral di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Jumat, 27 Juni 2025.

Kesimpulan

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video yang beredar memperlihatkan Putin memperingatkan Malaysia agar tak merebut Blok Ambalat dari Indonesia adalah klaim keliru.

Rujukan