(GFD-2025-28483) Tidak Benar Narasi ASI Bisa Ganti Imunisasi untuk Campak & Polio

Sumber:
Tanggal publish: 17/08/2025

Berita

tirto.id - Di media sosial, beredar video yang menyebut imunisasi campak dan polio untuk anak-anak bisa menyebabkan anak sakit bahkan meninggal dunia.

ADVERTISEMENT

Video berdurasi satu menit di TikTok itu menampilkan pemuka agama bernama Habib Muhammad Assegaf Kandangan, sedang mengisi sebuah pengajian. Ia menyebut imunisasi bisa menyebabkan kematian, dan mengklaim imunisasi terbaik adalah air susu ibu (ASI). Video tersebut diunggah oleh akun bernama “habib_muhammad_assegaf” (arsip).

let gpt_inline2 = window.googletag || {cmd: []};gpt_inline2.cmd.push(function() {gpt_inline2.defineSlot('/22201407306/tirto-desktop/inline-2', [[336, 280], [300, 250]], 'gpt-inline2-passback').addService(gpt_inline2.pubads());gpt_inline2.pubads().enableSingleRequest();gpt_inline2.pubads().collapseEmptyDivs();gpt_inline2.enableServices();gpt_inline2.display('gpt-inline2-passback');});

“Imunisasi, apa yang bermacam-macam, tidak perlu ikut-ikutan. Kenapa? Banyak dampak negatifnya daripada manfaatnya. Imunisasi yang terbaik untuk anak kita adalah air susu ibu. Anak kamu itu disusui sendiri sehat, Bu. Dahulu itu tidak ada imunisasi-imunisasi. Sehat-sehat saja manusianya,” ujar pria dalam video tersebut.

let gpt_inline3 = window.googletag || {cmd: []};gpt_inline3.cmd.push(function() {gpt_inline3.defineSlot('/22201407306/tirto-desktop/inline-3', [[336, 280], [300, 250]], 'gpt-inline3-passback').addService(gpt_inline3.pubads());gpt_inline3.pubads().enableSingleRequest();gpt_inline3.pubads().collapseEmptyDivs();gpt_inline3.enableServices();gpt_inline3.display('gpt-inline3-passback');});

#gpt-inline3-passback{text-align:center;}

Dia juga mengatakan kalau pihak yang memberikan imunisasi tidak akan bertanggung jawab kalau anak sampai meninggal dunia. Secara khusus dia juga membahas tentang bahaya imunisasi campak serta polio.

let gpt_inline4 = window.googletag || {cmd: []};gpt_inline4.cmd.push(function() {gpt_inline4.defineSlot('/22201407306/tirto-desktop/inline-4', [[336, 280], [300, 250]], 'gpt-inline4-passback').addService(gpt_inline4.pubads());gpt_inline4.pubads().enableSingleRequest();gpt_inline4.pubads().collapseEmptyDivs();gpt_inline4.enableServices();gpt_inline4.display('gpt-inline4-passback');});

#gpt-inline4-passback{text-align:center;}

“Saat ini justru ada yang imunisasi, yang bermacam-macam, ada imunisasi campak, ada imunisasi polio, yang ada makin banyak anak-anak bayi yang sakit bahkan tidak sedikit yang mati. Ayo, Bu, mumpung jangan sampai menyesal,” tuturnya.

Periksa Fakta Hoaks Imunisasi Terbaik adalah ASI.

ADVERTISEMENT

Hingga artikel ini ditulis, video yang diunggah pada 4 Juni 2025 itu meraih lebih dari 50 ribu tanda suka dan telah dibagikan 23 ribu kali.

Video serupa juga ditemukan di Instagram yang diunggah oleh akun @habibmuhammadassegaf_ (arsip), dan di Facebook oleh “Habib Muhammad Assegaf” (arsip) pada tanggal yang sama.

Lalu benarkah klaim dalam video tersebut? Apakah benar imunisasi terbaik adalah ASI?

Hasil Cek Fakta

Perlu diketahui, menurut laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), polio adalah penyakit yang sangat menular dan umumnya menyerang anak-anak di bawah lima tahun. Sekitar 1 dari 200 infeksi dapat berujung pada kelumpuhan permanen, sementara 2-10 persen dari kasus kelumpuhan berakibat kematian.

Virus polio menular terutama lewat jalur tinja-oral, meski kadang juga melalui makanan atau air yang tercemar. Virus ini berkembang biak di usus. Setelahnya, virus bisa menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan.

Masa inkubasinya berkisar 4-35 hari, dengan rata-rata 7-10 hari. Sebagian besar orang yang terinfeksi (hingga 90 persen) tidak menampakkan gejala atau hanya mengalami gejala ringan sehingga kerap tidak terdeteksi.

Sementara itu, penyakit campak menurut WHO adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari famili paramyxovirus. Virus ini menyerang saluran pernapasan lalu menyebar ke seluruh tubuh. Campak berbahaya terutama bagi anak-anak kecil, ibu hamil, serta orang dengan daya tahan tubuh lemah, karena dapat menyebabkan komplikasi serius seperti diare berat, pneumonia, ensefalitis, kebutaan, hingga kematian.

Penularan campak terutama terjadi melalui droplet pernapasan ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Penularan juga bisa terjadi jika seseorang bersentuhan langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi virus.

Orang terinfeksi bisa menularkan penyakit ini sejak empat hari sebelum ruam muncul sampai empat hari setelahnya. Masa inkubasi campak rata-rata 10-14 hari, dan meski tidak ada obat antivirus khusus, sebagian besar penderita pulih dalam 2-3 minggu.

Kembali ke klaim video, Tirto melakukan penelusuran terhadap sejumlah pernyataan dalam video tersebut, di antaranya adalah vaksin campak dan polio menyebabkan sakit hingga kematian kepada anak, dan klaim ASI sebagai pengganti vaksin yang lebih efektif.

Tirto mendapatkan laporan dari WHO, yang menemukan kalau sebagian anak yang mendapat vaksin campak (MR/MMR) bisa mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dengan efek samping ringan seperti demam atau ruam, biasanya muncul sekitar 7-12 hari pasca imunisasi dan berlangsung sekitar 1-2 hari.

Reaksi berat seperti anafilaksis (alergi parah) sangat jarang terjadi, dengan angka kejadian sekitar sekitar 3,5-10 kasus per satu juta dosis.

Sementara itu, dari laporan WHO, vaksin polio juga memiliki risiko KIPI, tetapi sifatnya ringan. Pada vaksin polio suntik (IPV) efek samping yang paling umum ditemukan adalah kemerahan, benjolan, atau rasa nyeri di sekitar area suntikan. Biasanya akan hilang sendiri dalam jangka waktu 2-3 hari. Belum ada laporan anafilaksis maupun gangguan berat lain yang disebabkan oleh IPV.

WHO sendiri mencatat pada kasus campak, daerah dengan vaksinasi rendah biasanya akan mengalami epidemi setiap dua hingga tiga tahun, dan berlangsung antara dua hingga tiga bulan.

Salah satu wabah terbesar pernah terjadi di Jawa Timur pada tahun 2016 dengan total 3.765 kasus. WHO melaporkan provinsi ini termasuk daerah dengan cakupan vaksinasi rendah, sehingga lebih rentan terjadi penularan.

Tren serupa masih terlihat beberapa tahun kemudian. Pada 2022, sebanyak 4.845 kasus campak terkonfirmasi dan enam kematian dilaporkan di 32 dari 38 provinsi di Indonesia.

Selanjutnya, terkait klaim ASI dapat menggantikan vaksin, berdasarkan penelitian oleh Slifverdal, Ehlin, dan Montgomery (2009), ditemukan bahwa imunisasi tetap menjadi bentuk perlindungan paling efektif terhadap campak, sementara manfaat ASI bersifat tambahan dan berdiri sendiri, bukan sebagai pengganti vaksin.

Temuan itu sejalan dengan pernyataan UNICEF, yang menegaskan ASI tidak bisa menggantikan vaksin. ASI eksklusif dengan dukungan gizi seimbang memberikan anak perlindungan umum terhadap berbagai penyakit, sedangkan imunisasi lengkap memberikan perlindungan spesifik terhadap penyakit tertentu yang dapat dicegah dengan vaksin, seperti campak dan polio.

Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran Universitas, Dian Nuswantoro dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes, juga menegaskan hal ini. Dia mengatakan kandungan dari ASI memang meningkatkan kekebalan tubuh anak, namun fungsinya berbeda dengan imunisasi.

“ASI eksklusif tidak dapat menggantikan fungsi imunisasi. Justru dengan adanya imunisasi itu menunjang agar Pemberian ASI eksklusif lebih baik dalam meningkatkan kekebalan tubuh pada anak karena mengandung antibodi IgA sekretori, laktoferin, lisozim, dan faktor bioaktif,” terangnya kepada Tirto, Sabtu (16/7/2025).

Dia menambahkan pemberian ASI eksklusif juga berguna untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit kronis di masa depan.

Kata dia, Imunisasi polio dapat merangsang terbentuknya IgA sekretori di usus sehingga mencegah virus polio berkembang biak di saluran cerna. Sedangkan imunisasi campak pada dasarnya merupakan live attenuated vaccine yaitu virus hidup yang dilemahkan sehingga ketika imunisasi campak disuntikkan ke dalam tubuh orang yang sehat.

Nantinya tubuh orang sehat akan membentuk antibodi netralisasi (IgM awal, kemudian IgG jangka panjang), Antibodi ini akan mengikat virus campak jika suatu saat terpapar, mencegah infeksi dan penyebaran virus melalui darah.

“Maka dari itu ASI eksklusif dan imunisasi campak serta imunisasi polio merupakan 3 hal berbeda namun penting untuk tubuh bayi dan fungsinya saling menunjang,” tegasnya.

Kesimpulan

Dari penelusuran fakta, tidak ditemukan data atau keterangan resmi yang menyebut pemberian vaksin campak dan polio kepada anak dapat menyebabkan sakit hingga meninggal.

Vaksin memang memiliki risiko KIPI, tetapi umumnya bersifat ringan dan sangat jarang menimbulkan efek serius. Sebaliknya, data WHO menunjukkan bahwa campak justru masih menimbulkan wabah dan kematian terutama di daerah dengan cakupan vaksinasi rendah.

Selain itu, ASI tidak bisa menggantikan fungsi vaksin. ASI memang berperan penting dalam memberikan perlindungan umum bagi kesehatan anak, tetapi perlindungan spesifik terhadap penyakit seperti campak dan polio hanya dapat diperoleh melalui imunisasi lengkap.

Dengan demikian, informasi yang menyebut kalau pemberian vaksin campak dan polio kepada anak dapat menyebabkan sakit dan kematian bersifat salah dan menyesatkan (false and misleading).

==

Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@

Rujukan