(GFD-2025-28396) [HOAKS] Video Gempa Magnitudo 9,7 di Jepang pada Agustus 2025

Sumber:
Tanggal publish: 12/08/2025

Berita

KOMPAS.com - Sebuah video yang viral di media sosial diklaim menampilkan Jepang diguncang gempa magnitudo 9,7 pada Agustus 2025.

Dalam video terlihat sejumlah orang berlarian di jalan raya. Namun, setelah ditelusuri narasi dalam video itu tidak benar atau hoaks.

Video yang diklaim menampilkan gempa magnitudo 9,7 mengguncang Jepang pada awal Agustus 2025 salah satunya dibagikan akun Facebook ini, ini, dan ini.

Salah satu akun membagikan video tersebut pada 4 Agustus 2025 dengan keterangan:

UPDATE TERKINI GEMPA BUMI BERUKURAN 9,7 MAGNITUD JEPUNGEMPPA 9,7 MAGNITUDE JEPUN

Akun Facebook Tangkapan layar Facebook video yang diklaim menampilkan gempa magnitudo 9,7 mengguncang Jepang pada awal Agustus 2025

Hasil Cek Fakta

Penelusuran di Google Search tidak menemukan informasi adanya gempa berkekuatan magnitudo 9,7 yang mengguncang Jepang pada awal Agustus 2025.

Daftar gempa yang terjadi di Jepang apada Agustus 2025 bisa dilihat di laman NHK ini.

Tim Cek Fakta Kompas.com kemudian mengambil tangkapan layar video dan menelusurinya menggunakan Yandex.

Hasilnya, video identik pada unggahan di akun X media Ukwelitimes pada 7 Juli 2025.

Keterangan dalam unggahan menyebut video itu adalah unjuk rasa di Kenya untuk memprotes pemerintahan Presiden William Ruto. 

Dikutip dari DW, para demonstran di Kenya pada Juli 2025 menuntut tata pemerintahan dan akuntabilitas polisi yang lebih baik. Mereka juga menuntut pemecatan Presiden William Ruto atas dugaan korupsi.

Namun, dalam aksi itu terjadi bentrokan antara demonstran dengan polisi. Akibatnya, 31 orang dilaporkan tewas.

Sementara, 107 orang lainnya mengalami luka dan lebih dari 500 orang ditangkap oleh aparat. 

Kesimpulan

Video yang diklaim menampilkan gempa magnitudo 9,7 mengguncang Jepang pada awal Agustus 2025 merupakan informasi tidak benar atau hoaks.

Setelah ditelusuri, video aslinya adalah demonstrasi di Kenya pada Juli 2025.

Demonstrasi yang berakhir ricuh itu dilakukan untuk  menuntut tata pemerintahan dan akuntabilitas polisi, serta menuntut pemecatan Presiden William Ruto karena dugaan korupsi.

Rujukan