(GFD-2024-21697) Sebagian Benar, Klaim Beberapa Negara Larang Coca-Cola Karena Menjadi Cairan Pembersih Limbah

Sumber:
Tanggal publish: 09/08/2024

Berita



Sebuah narasi beredar di WhatsApp, dan Facebook oleh akun ini, ini, ini, ini, dan ini, yang mengatakan Cina dan beberapa negara lain melarang masyarakatnya mengkonsumsi Coca-Cola dan produk minuman bersoda lainnya.

Sebagian unggahan disertai foto sekitar 30 jenis produk minuman dalam kemasan botol, termasuk minuman bersoda. Dikatakan minuman-minuman itu dilarang diminum di Cina, Turki, India, Ukraina, serta dibatasi di Latvia dan Inggris. Konten tersebut mengklaim bahwa Coca-Cola di Cina menjadi cairan pembersih limbah. Selain itu, dikatakan di sana pernah dilakukan uji coba pada sejumlah narapidana yang berdampak munculnya serangan penyakit kronis pada mereka.



Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah Cina dan sejumlah negara melarang konsumsi Coca-Cola karena sama dengan cairan pembersih limbah?

Hasil Cek Fakta



Dilansir China Daily, penjualan produk Coca-Cola Company tahun 2023 secara global meningkat 2 persen. Demikian juga di kawasan Asia Pasifik yang meningkat 2 persen  dengan penjualan tertinggi terjadi di Cina dan India.

Perusahaan asal Amerika Serikat itu telah berkomitmen untuk menambah investasi mereka di Negeri Tirai bambu tahun ini. Langkah itu diambil dengan mempertimbangkan meningkatnya dan tingginya penjualan produk di sana.

Salah satu perusahaan rekanan Coca-Cola di Cina, Swire Pacific, juga menyatakan hasil keuangan mereka bersama Coca-Cola untuk tahun 2023 sangat baik, sebagaimana dilaporkan Nikkei Asia. Namun, mereka harus menghadapi banyak tantangan untuk mengembangkan bisnis di tahun 2024.

Berita-berita itu menggambarkan bahwa sesungguhnya Cina dan India masih menjadi pasar produk minuman Coca-Cola. Hal itu membuktikan bahwa narasi yang mengatakan Cina melarang warganya mengkonsumsi Coca-Cola karena telah berstatus sebagai pembersih limbah adalah klaim keliru.

Sejumlah pemeriksa fakta juga menyatakan bahwa narasi yang beredar tersebut keliru, di antaranya Factly.in dan Factcrescendo.com. The Quint juga menyatakan Cina tidak menggunakan Coca-Cola sebagai cairan pembersih limbah, yang juga menerangkan narasi yang beredar berasal dari website konten parodi berbahasa Rusia.

Di Turki, dilansir Reuters, parlemen negeri itu memutuskan menyingkirkan produk Coca-Cola dan Nestle dari lingkungan kantor parlemen pada 7 November 2023. Namun tidak terkait isu kesehatan, melainkan karena dugaan kedua perusahaan tersebut mendukung Israel dalam genosida di Gaza.

Dilansir Baltic Times, Latvia menjadi negara Uni Eropa pertama yang melarang penjualan junk food alias makanan sampah atau makanan kurang gizi di lingkungan sekolah umum sejak Agustus 2006. 

Itu artinya, pemerintah di sana melarang penjualan makanan yang mengandung gula, garam, pewarna dan perasa buatan akan dilarang di taman kanak-kanak, sekolah dasar dan menengah.

Sementara di Inggris, tahun 2024 ini sedang dibahas regulasi yang mengatur pelarangan makanan dan minuman tertentu  sebagaimana diberitakan NBC News

Partai Buruh Inggris mengusulkan minuman kemasan yang mengandung lebih dari 150 miligram kafein per liter, tidak boleh dikonsumsi oleh anak usia di bawah 16 tahun. Bila acuan itu yang dipakai, Coca-Cola yang mengandung 34 miligram kafein per kaleng kemungkinan tidak terpengaruh aturan.

Pejabat parlemen Ukraina pernah menyerukan boikot produk Coca-Cola pada tahun 2016, namun bukan alasan kesehatan, melainkan terkait konflik geopolitik, sebagaimana diberitakan News Week.

Demikian juga jaringan supermarket Fozzy Group dan VARUS yang mulai tahun 2022 memboikot produk Coca-Cola, karena perusahaan itu tidak memutus hubungan bisnis dengan Rusia yang menginvasi Ukraina, sebagaimana dilaporkan Pravda.

Produksi Coca-Cola di Cina

Dilansir Tempo, produksi Coca-Cola di Provinsi Shanxi, Cina, pernah disetop tahun 2012 karena diduga terjadi pencemaran pada produk. Diduga produk bercampur klorin, zat yang digunakan untuk membunuh bakteri.

Pemerintah Provinsi Shanxi saat itu memberi peringatan keras kepada Coca-Cola. Otoritas industri juga melakukan investigasi, meliputi inspeksi pabrik, pengujian produk dan interogasi pegawai.

Diduga cairan klorin yang digunakan untuk membersihkan alat produksi, secara tak sengaja mengalir ke bahan produk. Padahal konsumsi klorin pada manusia bisa berakibat gangguan pencernaan dan keracunan.

Berdasarkan keterangan di website resmi Coca-Cola Company, tahun 2016 mereka memperbarui perjanjian waralaba pembotolan produk mereka dengan tiga perusahaan Cina. Mereka adalah China - Coca?Cola Bottling Investments Group China (“BIG”), COFCO Coca?Cola Beverages Limited (anak perusahaan COFCO Corporation, “COFCO”) dan Swire Beverages Holdings Limited (“Swire”) yang hasil produknya juga dipasarkan di negeri itu.

Kesimpulan



Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan Cina dan sejumlah negara lain melarang konsumsi Coca-Cola dan mengkategorikan minuman bersoda itu sebagai cairan pembersih limbah adalah klaim sebagian benar.

Cina, Turki, Ukraina, Inggris dan Latvia, memang pernah menghentikan atau membatasi peredaran minuman Coca-Cola, namun tidak ada yang melabeli minuman bersoda itu sebagai cairan pembersih limbah.

Rujukan