(GFD-2024-15073) Keliru, UNHCR Sponsori Kedatangan Pengungsi Rohingya ke Indonesia

Sumber: cekfakta.tempo.co
Tanggal publish: 09/01/2024

Berita


Sebuah konten beredar di TikTok ini dan ini serta Facebook yang mengatakan Badan Pengungsi PBB, UNHCR mensponsori kepergian pengungsi Rohingya dari Bangladesh ke Aceh.
Narasi yang beredar di Facebook disertai video yang memperlihatkan kapal kayu terdampar dan orang yang berada di pantai memegang tas bergambar logo UNHCR dan OXFAM, organisasi penanggulangan bencana asal Inggris. Berikut tulisan yang dipasang dalam video itu:Keren persiapan terdamparnya kaum Rohingya disponsori oleh UNHCR. Tas Rohingya ada UNHCR.

Namun, benarkah kepergian orang-orang Rohingya ke Indonesia dibiayai UNHCR?

Hasil Cek Fakta


Tempo memverifikasi video yang beredar di Facebook menggunakan layananreverse image searchdari Google. Ditemukan video yang memiliki kesamaan, yakni dalam artikel Medantalk.com.

Artikel itu terkait kedatangan 139 orang Rohingya di pantai Desa Ie Meulee, Kecamatan Sukajaya Kota Sabang, NAD, Sabtu 2 Desember 2023, pada dini hari. Artikel tidak menyatakan bahwa perjalanan para pengungsi itu disponsori UNHCR.
Senior Communications Assistant UNHCR, Yanuar Farhanditya, mengatakan bahwa narasi yang mengatakan pihaknya mensponsori atau membiayai keberangkatan pengungsi Rohingya dari Bangladesh ke Aceh adalah klaim yang tidak benar.
“UNHCR justru selalu mengingatkan para pengungsi dan bekerjasama dengan pemerintah dan aparat dari negara-negara terkait, seperti di Bangladesh, untuk mencegah perjalanan kapal yang berbahaya,” kata Yanuar melalui pesan, Senin, 8 Januari 2024.
Dia menjelaskan pengungsi Rohingya yang kini berada di Aceh, yang lebih dari 70 persen merupakan perempuan dan anak-anak, melakukan perjalanan dari Bangladesh sebagai korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Hal itu sesuai dengan pernyataan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang mengatakan adanya dugaan TPPO dalam gelombang kedatangan pengungsi etnis Rohingya ke Aceh pada akhir 2023, sebagaimana dipublikasikan Sekretariat Kabinet (Setkab) RI. Meski begitu, kata Yanuar, status orang-orang Rohingya sebagai pengungsi, tetap melekat meskipun mereka berpindah-pindah untuk mencari keselamatan dan ruang hidup yang lebih layak.
Sementara terkait tas berlogo UNHCR yang dikenakan pengungsi Rohingya di Aceh, seperti tampak dalam video, kemungkinan didapatkan saat mereka masih tinggal di pengungsian Bangladesh. Sebab UNHCR hadir di lebih dari 130 negara di seluruh dunia, termasuk Bangladesh, untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada pengungsi.
Tempo telah memeriksa dokumen berjudul "The Implications of Underfunding UNHCR’s Activities in 2023", yang melaporkan dampak kurangnya uang donasi yang terkumpul, terhadap bantuan yang diterima para pengungsi dan aktivitas UNHCR.
Dana donasi yang dikelola UNHCR itu, di Bangladesh, sesungguhnya untuk memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi Rohingya yang jumlahnya hampir 1 juta orang. Namun karena sedikitnya dana yang tersedia, bantuan yang diberikan pun tidak sesuai target.
Program-program yang didanai dengan uang donasi itu, di antaranya perlindungan anak, kesehatan, kebersihan dan pengaturan tempat pengungsian. Dokumen tidak menyebut adanya penggunaan dana untuk membiayai perjalanan pengungsi ke Indonesia. 

Kesimpulan


Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan UNHCR mensponsori atau membiayai kepergian pengungsi Rohingya dari Bangladesh ke Aceh, Indonesia, merupakan klaimkeliru.
UNHCR tidak menganggarkan dana untuk membiayai kepergian pengungsi Rohingya dari Bangladesh ke Indonesia. Sementara tas berlogo UNHCR yang dibawa pengungsi Rohingya ke Aceh, kemungkinan adalah tas bantuan yang sebelumnya mereka terima di pengungsian Bangladesh.

Rujukan