(GFD-2019-1476) [BENAR] Barcode dari Menristekdikti terhubung dengan website keberhasilan Jokowi

Sumber: Instagram, website
Tanggal publish: 02/04/2019

Berita

Kuliah umum Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur pada 27 Maret 2019, menjadi sorotan. Itu setelah akun anonim Opposite6890 di Instagram mengungkap bahwa kuliah umum itu disusupi kampanye untuk capres-cawapres Nomor Urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

Saat mempresentasikan materi, Menteri Mohammad Nasir meminta peserta kuliah umum untuk memindai QR Code yang ditampilkan dalam slide show.

Akun Opposite6890 menjelaskan, bahwa setelah dipindai, ternyata QR Code tersebut terhubung ke salah satu website dengan alamat http://hebatdiki.com/index.html. Website itu berisi keberhasilan Presiden Joko Widodo memerintah selama 4 tahun.

“Haruskah Kuliah Umum Era Now terkontaminasi oleh Kampanye Petahana ?? . Dan parahnya lagi di isi materi Black Campaign dan Hate Speech ?? . Petahana masih bermain dengan cara cara seperti ini ??? . Tunggu April 2019... Ada kejutan buat Rezim . #2019gantipresiden #opposite6890,” tulis akun Opposite6890.

Hasil Cek Fakta

Tempo mendapatkan bahan materi yang dipresentasikan Menristekdikti M. Nasir di Universitas Brawijaya. Materi itu berjudul “Meningkatkan Kinerja Tridharma Perguruan Tinggi di Era Disrupsi” yang berjumlah 13 halaman.

Gambar barcode yang menjadi kontroversi itu ada pada slide halaman ke-12. Saat Tempo memindai barcode itu, memang benar terhubung dengan website http://hebatdiki.com/index.html.

Website tersebut menampilkan capaian kinerja Jokowi, antara lain Indonesia peringkat 2 negara terbaik untuk investasi di dunia, penurunan angka kemiskinan, pembangunan infrastruktur, BBM satu harga di Papua dan capaian ekonomi lainnya.

Di website itu juga tertulis untuk melanjutkan Jokowi dua periode. “Merauke Sota dua tahun lalu seperti ini, bersyukur memiliki seorang pemimpin bangsa yang amanah. Lanjutkan dua periode lagi,” tulis website itu. Namun Tempo tidak menemukan ujaran kebencian di dalam situs tersebut.

Rujukan