KOMPAS.com - Beredar klaim di media sosial yang menyebutkan bahwa orang yang divaksin lebih rentan terhadap Covid-19.
Klaim itu beredar dalam bentuk tangkapan layar artikel yang bersumber dari pernyataan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau CDC.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut tidak benar atau hoaks.
Klaim soal pengakuan CDC bahwa orang yang divaksin lebih rentan terhadap Covid-19 ditemukan di akun Facebook ini pada Sabtu (9/12/2023). Arsipnya dapat dilihat di sini.
Berikut narasi yang ditulisnya:
Lalu apa gunanya fuckcun.... klo sdh tau begini..knp di konoha malah suruh nambah" trs....
Pengguna Facebook tersebut juga menyertakan tangkapan layar artikel dengan judul berikut:
CDC Akhirnya Mengakui Bahwa Orang yang Divaksin Sekarang Lebih Rentan Terhadap COVID Dibandingkan Yang Tidak Divaksin
(GFD-2023-14559) [HOAKS] CDC Akui Orang yang Divaksin Lebih Rentan terhadap Covid-19
Sumber: kompas.comTanggal publish: 14/12/2023
Berita
Hasil Cek Fakta
Pengguna Facebook mengunggah tangkapan layar artikel dari Thepeoplevoice.tv.
Situs web tersebut memiliki rekam jejak membuat artikel hoaks.
Media Bias Fact Check mengidentifikasi The People Voice sebagai situs yang memiliki bias dan kredibilitas sangat rendah.
Semua sumber klaimnya dipertanyakan, tidak dapat dipercaya, dan bias ekstrem sayap kanan.
Situs web berbasis di Los Angeles, AS itu telah mempromosikan konspirasi dan propaganda sejak 2014 di bawah perusahaan induk Newspunch LLC.
CDC menyatakan bahwa vaksin Covid-19 efektif dan aman.
Vaksin Covid-18 terbukti berhasil mengurangi 1,5 juta angka rawat inap dan menyelamatkan lebih dari 200.000 nyawa di AS.
Berikut catatan CDC atas sejumlah vaksin Covid-19 yang dipakai di AS:
CDC merekomendasikan semua orang berusia 6 bulan ke atas untuk mendapatkan vaksin Covid-19 terlindungi dari kemungkinan dampak serius Covid-19.
Perlindungan vaksin Covid-19 memang tinggi atas SARS-CoV-2. Kendati demikian, kekebalan yang dihasilkan vaksin terhadap Covid-19 tidak dapat bertahan selamanya.
Dilansir Time, para peneliti menghitung berapa lama perlindungan vaksin Covid-19 dapat bertahan.
Satu bulan setelah orang mendapat dua dosis vaksin mRNA (dari Moderna atau Pfizer-BioNTech), vaksin dari AstraZeneca, atau dari Sinovac, efektivitas vaksin adalah 53 persen dalam melindungi terhadap gejala.
Setelah enam bulan efektivitas vaksin secara keseluruhan menurun menjadi 14 persen dan menjadi 9 persen setelah sembilan bulan.
Namun fakta tersebut bukan berarti orang yang divaksin lebih rentan terhadap Covid-19.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) akan mengadakan pertemuan dengan panel ahli untuk kemungkinan menjadikan regulasi vaksin Covid-19 seperti vaksin flu tahunan.
Situs web tersebut memiliki rekam jejak membuat artikel hoaks.
Media Bias Fact Check mengidentifikasi The People Voice sebagai situs yang memiliki bias dan kredibilitas sangat rendah.
Semua sumber klaimnya dipertanyakan, tidak dapat dipercaya, dan bias ekstrem sayap kanan.
Situs web berbasis di Los Angeles, AS itu telah mempromosikan konspirasi dan propaganda sejak 2014 di bawah perusahaan induk Newspunch LLC.
CDC menyatakan bahwa vaksin Covid-19 efektif dan aman.
Vaksin Covid-18 terbukti berhasil mengurangi 1,5 juta angka rawat inap dan menyelamatkan lebih dari 200.000 nyawa di AS.
Berikut catatan CDC atas sejumlah vaksin Covid-19 yang dipakai di AS:
CDC merekomendasikan semua orang berusia 6 bulan ke atas untuk mendapatkan vaksin Covid-19 terlindungi dari kemungkinan dampak serius Covid-19.
Perlindungan vaksin Covid-19 memang tinggi atas SARS-CoV-2. Kendati demikian, kekebalan yang dihasilkan vaksin terhadap Covid-19 tidak dapat bertahan selamanya.
Dilansir Time, para peneliti menghitung berapa lama perlindungan vaksin Covid-19 dapat bertahan.
Satu bulan setelah orang mendapat dua dosis vaksin mRNA (dari Moderna atau Pfizer-BioNTech), vaksin dari AstraZeneca, atau dari Sinovac, efektivitas vaksin adalah 53 persen dalam melindungi terhadap gejala.
Setelah enam bulan efektivitas vaksin secara keseluruhan menurun menjadi 14 persen dan menjadi 9 persen setelah sembilan bulan.
Namun fakta tersebut bukan berarti orang yang divaksin lebih rentan terhadap Covid-19.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) akan mengadakan pertemuan dengan panel ahli untuk kemungkinan menjadikan regulasi vaksin Covid-19 seperti vaksin flu tahunan.
Kesimpulan
Narasi soal pengakuan CDC bahwa orang yang divaksin lebih rentan terhadap Covid-19 merupakan hoaks.
Klaim tersebut bersumber dari situs propaganda sayap kanan yang tidak kredibel.
Faktanya, CDC merekomendasikan vaksin Covid-19 karena terbukti aman dan efektif menurunkan angka rawat inap dan kematian, serta mencegah keparahan.
Klaim tersebut bersumber dari situs propaganda sayap kanan yang tidak kredibel.
Faktanya, CDC merekomendasikan vaksin Covid-19 karena terbukti aman dan efektif menurunkan angka rawat inap dan kematian, serta mencegah keparahan.
Rujukan
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid02YsYQXfWizRgWcpc7bXvZDXWA9DT8ztfiENoP2k6LDQF7YmgvnXEMw6TbEGUYkkxpl&id=100079965219100
- https://ghostarchive.org/archive/KTaeW
- https://mediabiasfactcheck.com/news-punch/
- https://www.cdc.gov/respiratory-viruses/whats-new/5-things-you-should-know.html
- https://time.com/6276552/covid-19-vaccine-immunity-wanes/
- https://t.me/kompascomupdate