(GFD-2019-1301) [SALAH] Kampanye Homo dan Lesbi di Hari Perempuan Internasional

Sumber: Facebook
Tanggal publish: 25/03/2019

Berita

Narasi yang menyebutkan bahwa kelompok LGBT mengkampanyekan homoseksualitas di Hari Perempuan beredar di media sosial. Narasi itu dibagikan oleh akun Uun Gunawan Unz di Facebook pada 14 Maret 2019.

Akun tersebut membagikan lima foto suasana aksi dengan memfokuskan pada poster tuntutan dan simbol-simbol berwarna pelangi.

Uun Gunawan Unz menyertakan kalimat Na'udzubillahi mindzalik serta tulisan Direktur Eksekutif Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSIST), Dr. Henri Salahudin.

Narasi Henri Salahudin itu berjudul “Ketika Genderang Perang itu Ditabuh”. Isinya menilai kumpulan homoseksual dan lesbian yang tidak takut lagi mengkampanyekan homoseksualitas secara terbuka di ruang publik.

“Mereka tidak lagi takut kampanye homo secara terbuka di ruang publik & beraksi iring-iringan. Walaupun tidak jauh dari kantor-kantor keagamaan, ormas Islam, simbol-simbol kenegaraan yang dibangun dengan darah syuhada yang bertetesan,” tulis Henri Salahudin.

Hasil Cek Fakta

Peserta aksi yang membawa poster kampanye perlindungan bagi LGBT sebenarnya adalah jemaat Gereja Komunitas Anugerah – Reformed Baptist Salemba, Jakarta. Itu tampak dari logo Gereja Komunitas Anugerah yang terpasang pada foto dua poster aksi, sebagaimana yang dibagikan akun Uun Gunawan.

Mereka memang turut dalam aksi International Women Day (IWD) 2019 yang diperingati dengan aksi jalan kaki dari Bundaran Bank Indonesia hingga Taman Aspirasi di depan Istana Merdeka, 8 Maret 2019.

Hubungan Kemasyarakatan Gereja Komunitas Anugerah – Reformed Baptist Salemba, Julius Christian Adiatma, menjelaskan, bahwa narasi yang menyebutkan bahwa aksi itu untuk mempromosikan LGBT dan menuntut pengesahan pernikahan sesama jenis adalah keliru.

“Selain itu, ada juga narasi yang mengaitkan pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan kampanye komunitas LGBT. Narasi-narasi seperti ini jelas tidak sesuai dengan fakta yang ada,” kata Julius dalam siaran persnya yang diterima Tempo, 21 Maret 2019.

Julius menjelaskan, Gereja Komunitas Anugerah adalah gereja yang inklusif terhadap semua golongan, terutama mereka yang termarjinalkan. Mereka turut serta dalam barisan IWD 2019, bukan dalam rangka menuntut pengesahan pernikahan sesama jenis maupun mempromosikan LGBT. Melainkan untuk menyuarakan penolakan segala bentuk persekusi, diskriminasi, dan kriminalisasi terhadap kelompok minoritas, termasuk kelompok LGBT.

“Akhir-akhir ini, persekusi terhadap kelompok LGBT semakin meningkat. Kelompok minoritas seksual ini menjadi salah satu kelompok rentan di Indonesia,” kata dia.

Julius mengutip Survei Wahid Institute yang dilaksanakan Oktober 2017. Dalam survei itu disebutkan, selain komunis, LGBT merupakan kelompok yang paling tidak disukai. Media massa banyak memberitakan kelompok LGBT mendapatkan perlakuan diskriminasi, misalnya dalam hal akses pada pekerjaan maupun tempat tinggal.

Rujukan