(GFD-2022-10806) Sebagian Benar, Ilmuwan Rusia Hidupkan Kembali Cacing yang Membeku Selama 42 Ribu Tahun

Sumber: cekfakta.tempo.co
Tanggal publish: 25/10/2022

Berita


Foto dan narasi yang menyebutkan bahwa ilmuwan Rusia berhasil menghidupkan kembali cacing yang telah membeku selama 32.000 dan 42.000 tahun beredar di media sosial. Di Instagram narasi tersebut dibagikan akun ini pada 18 Oktober 2022. Unggahan itu memuat foto mirip cacing dalam jumlah banyak. 
Berikut narasinya: “Para ilmuwan Rusia baru-baru ini melaporkan bahwa mereka berhasil "menghidupkan kembali" dua spesies cacing yang telah membeku selama lebih dari 40.000 tahun. Dua spesies cacing gelang atau nematoda beku tersebut telah berusia masing-masing 30.000 dan 42.000 tahun. Penemuan ini dilakukan oleh empat lembaga berbeda di Moskow yang bekerja sama dengan Princeton University.”
Hingga artikel ini dimuat, narasi tersebut telah disukai lebih dari 6.300 kali dan mendapat 93 komentar. 
Sebuah akun Instagram mengunggah foto dengan klaim penemuan cacing berusia 32 ribu dan 42 ribu tahun oleh ilmuwan Rusia
Apa benar ilmuwan Rusia berhasil menghidupkan kembali cacing yang telah membeku selama 42.000 tahun? 

Hasil Cek Fakta


Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa narasi tentang dua cacing yang bisa hidup kembali setelah membeku 32 ribu dan 42 ribu memang benar. Namun foto yang digunakan tidak terkait dengan dua cacing tersebut. 
Dengan menggunakan reverse image Google, Tempo mendapatkan foto tersebut adalah milik NOAA Office of Ocean Exploration and Research di Teluk Meksiko pada 2012. Menurut situs Ocean Exploration gambar tersebut adalah kumpulan cacing es yang menghuni metana hidrat. Cacing ini memakan bakteri chemoautotrophic menggunakan bahan kimia dalam hidrat. 
Kumpulan cacing itu ditemukan pada tahun 1983 melalui sebuah ekspedisi laut dalam yang menjelajahi Tebing Florida di Teluk Meksiko. Pada kedalaman lebih dari 3.200 meter (2,0 mil), para ilmuwan menemukan kerang yang padat, yang menampung keong, siput, teripang, bintang laut, bintang rapuh, ikan belut, dan udang. Di antara kerang itu ada semak-semak cacing tabung yang sebagian besar memanjang lebih dari satu meter.  
An aggregation of ice worms inhabiting methane hydrate. These worms eat chemoautotrophic bacteria using chemicals in the hydrate. (Image courtesy of the NOAA Office of Ocean Exploration and Research, Gulf of Mexico 2012)
Ekosistem bawah laut tersebut cukup unik karena menggunakan kemosintesis sebagai sumber makanan. Ini berbeda dengan mayoritas kehidupan di bumi yang bergantung pada organisme lain sebagai makanan—kebanyakan tumbuhan di darat dan plankton di laut—yang menggunakan energi cahaya untuk membuat makanan (fotosintesis).
Karena tidak ada cahaya di laut dalam, sebagian besar hewan tersebut bergantung tanaman mati, hewan, plankton, dan kotoran yang melayang ribuan meter dari permukaan laut ke dasar laut. Bakteri kemudian menggunakan energi kimia dari sulfida, metana, dan hidrokarbon lain yang merembes keluar dari celah di dasar laut untuk membuat makanan. Proses inilah yang disebut kemosintesis.
Tentang dua cacing yang hidup kembali setelah membeku satu milenium
Dikutip dari USAToday, cacing tersebut ditemukan pada tahun 2015 di wilayah timur laut Siberia yang disebut Yakutia. Hewan purbakala lainnya yang diawetkan telah ditemukan di daerah itu, termasuk sisa-sisa anak singa gua berusia 50.000 tahun yang telah punah.
Bekerja sama dengan Princeton University, ilmuwan Rusia mengisolasi cacing setelah menganalisis lebih dari 300 sampel tanah yang dikumpulkan dari lapisan es Arktik. Kedua cacing betina itu berasal dari dua spesies yang dikenal bernama Panagrolaimus detritophagus dan Plectus parvus.
Para ilmuwan memperkirakan satu spesimen berusia sekitar 32.000 tahun dan yang lainnya berusia sekitar 41.700 tahun. Perkiraan ini didasarkan pada penanggalan radiokarbon dari situs tempat cacing ditemukan. 
Berdasarkan arsip berita Tempo, kedua cacing tersebut ditempatkan di penyimpanan dingin pada suhu minus 20 derajat Celcius. Setelah beradaptasi selama beberapa minggu, suhu dinaikkan menjadi 20 derajat Celcius sampai dipastikan dapat bergerak kembali. Cacing tersebut memakan bakteri E. coli sebagai sumber asupan.
“Data kami menunjukkan adanya kemampuan organisme multiseluler untuk bertahan dalam jangka waktu yang panjang (puluhan ribu tahun) di bawah kondisi pengawetan alami,” kata peneliti dalam sebuah pernyataan.
“Kemampuan ini memperlihatkan nematode pleistosen mempunyai mekanisme beradaptasi yang mungkin dapat digunakan sebagai penelitian ilmiah dan praktis dalam bidang sains cryomedicine, cryobiology, dan astrobiology.”
Proses pengawetan cryobiosis telah dipelajari dan digunakan pada organisme dengan sel tunggal seperti bakteri dan amoeba, juga beberapa tanaman yang tetap hidup setelah dibekukan bertahun-tahun. Namun, bagi organisme multiseluler, cacing ini merupakan yang pertama yang dapat bertahan hidup.
Meskipun begitu, cacing adalah makhluk yang sangat sederhana. Proses ini tidak dapat dilakukan pada manusia ataupun hewan besar. Penemuan terbaik yang pernah diraih dalam penghidupan kembali makhluk Pleistosen adalah mencampur kloning dan perkawinan silang ala Jurassic Park pada mamut.

Kesimpulan


Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, unggahan di Instagram tentang ilmuwan Rusia berhasil menghidupkan kembali cacing yang telah membeku selama 42.000 tahun adalah sebagian benar. 
Para peneliti menganalisis 300 sampel endapan permafrost Arktik dan menemukan dua organisme multiseluler yang berhasil “hidup kembali”. Namun foto yang digunakan dalam unggahan tersebut tidak terkait dengan penelitian cacing endapan permafrost Arktik tersebut. 

Rujukan